Draf 1
(presentasi 3 Desember 2013)
SEJARAH
LINGUISTIK TRADISIONAL
Chrissanty
Hiariej, Fenda, Ahmad Rifa’i, Andris
Abstrak
Ilmu-ilmu
manusia, yang mencakup linguistik, muncul dari perkembangan kesadaran diri
manusia. Namun pada waktu yang sama ilmu-ilmu ini, atau lebih tepat lagi
praktisi-praktisinya menjadi sadar akan dirinya sendiri dengan apa yang sedang mereka lakukan dan apa yang
mereka telah lakukan. Bila kesadaran ilmu secara ilmiah ini mencakup minat
terhadap asal mula dan perkembangan lampau suatu ilmu, kita akan melihat
kelahiran disiplin khas yang dikenal sebagai sejarah ilmu. Ilmu linguistik
dewasa ini, seperti bagian-bagian lain dari pengetahuan dan pembelajaran
manusia, dan seperti semua aspek budaya manusia, adalah produk dari masa
lalunya dan matriks dari masa depannya. Dalam sejarah ilmu linguistik,
golongan pertama yang bergiat dalam bidang pengkajian bahasa ialah orang-orang
Yunani. Pada zaman Yunani kunolah linguistik teoritik memiliki asal Eropanya,
sebagian karena persyaratan-persyaratan praktis; namun dari zaman itu pulalah
kita memiliki catatan-catatan pertama mengenai perkiraan-perkiraan linguistik,
namun jauh melampaui perkiraan-perkiraan itu, kita memiliki linguistik rakyat
dan penerapan-penerapan praktis. Dalam perkembangan sejarahnya ia telah berhubungan
dengan kontribusi-kontribusi utama kelompok pakar-pakar linguistik yang memulai
pekerjaan di luar tradisi Eropa dan mengembangkan wawasan mereka
sendiri-sediri terlepas dari tradisi tersebut. Orang
Yunanilah yang mula-mula mengatakan bahasa ialah satu alat perhubungan yang
sistematik. Awal zaman klasik pada abad ke-6 dan ke-5 SM,
bangsa Yunani telah bermukim selama abad-abad di daerah daratan Yunani yang
layak huni, daerah-daerah pantai barat Asia kecil, kepulauan Aega, pantai timur
Sisilia, dan beberapa daerah di Italia selatan dan di tempat-tempat lain.
Kehidupan intelektual Eropa secara keseluruhan, pemikiran filsafat, moral,
politik, estetikanya memiliki akarnya dalam karya pemikir-pemikir Yunani
(Robins,1995:15).
Dalam
penulisan ini akan dibahas lebih dalam mengenai sejarah linguistik tradisional
dengan tujuan untuk mendeskripsikan sejarah linguistik tradisional yang
mencakup tokoh, aliran, ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan linguistik
tradisional serta analisis dari kalimat berdasarkan pemahaman aliran
tradisional. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi yang diperoleh
dari beberapa referensi tentang sejarah linguistik tradisional. Dari penulisan
ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis, yaitu untuk pengembangan ilmu linguistik
pada umumnya, dan sejarah linguistik pada khususnya. Selain itu diharapkan
bermanfaat secara praktis untuk mahasiswa sebagai pengembangan pengetahuan
tentang sejarah linguistik tradisional. (kurang hasil,
satu spasi unk abstrak)
Kata kunci : linguistik
tradisional, tokoh-tokoh aliran, analisis aliran.
A. Pendahuluan
Perubahan
dan perkembangan dalam suatu ilmu ditentukan oleh sejumlah penyebab. Setiap
ilmu berkembang dari masa lalunya, dan keadaan yang dicapai pada generasi
sebelumnya merupakan titik untuk memulai perkembangan yang akan datang. Akan
tetapi tak ada ilmu yang dikembangkan dalam suatu ruang hampa, tanpa rujukan
pada hubungan dengan ilmu-ilmu lain dan suasana umum di mana upaya belajar apa
pun didorong atau dibiarkan dalam suatu budaya. Disamping masa lalunya, arah
perkembangan suatu ilmu juga dipengaruhi oleh konteks social dunia
kontemporernya dan premis-premis intelektual yang dominan di dalamnya. Minat
terhadap bahasa dan masalah-masalah linguistik
praktis secara terpisah mengarah ke ilmu linguistik yang lebih dari satu
pusat peradaban. Masing-masing memiliki keunggulan dan pencapaiannya sendiri,
dan dalam gerak perkembangaan sejarah masing-masing telah menyentuh tradisi
linguistik Eropa dan memberi sumbangan kepada tradisi tersebut. Akan tetapi
karena dalam zaman ini ilmu Eropa telah menjadi ilmu dunia, dan linguistik bukan
merupakan pengecualian dalam hal ini, kita dapat menelusuri sejumlah besar aliran kajian
linguistic yang mengalir dalam tradisi Eropa dan menjadi bagian dari tradisi
itu pada zaman yang berbeda-beda, sehingga membentuk ilmu linguistic
sebagaimana yang dikenal dunia sekarang ini. Salah satunya adalah linguistic
tradisional.
Pada zaman Yunani, antara sarjana
yang memainkan peranan penting dalam mengkaji ilmu linguistik ini ialah Plato,
Aristoteles, dan Thrax. Mereka ini telah lama mengkaji ilmu falsafah secara
keseluruhannya. Abdullah Hassan (1978:4-5) menjelaskan bahawa oleh sebab orang
Yunani itu lebih mementingkan falsafah, maka mereka lebih suka mengkaji apa yang
dianggap sebagai etimologi yaitu
pengkajian tentang bagaimana kata-kata terbentuk. Perbincangan ini mewujudkan dua pendapat yang mengatakan sama ada
perkataan-perkataan terbentuk dengan cara semula jadi ataupun dibentuk oleh
manusia melalui kebudayaan.
Plato (427-347) merupakan ahli falsafat pertama
yang mengenal pasti dan menyelidik bahasa sebagai suatu masalah dan persoalan
melalui karyanya yang berbentuk dialog, yaitu Cratylus. Dialog Cratylus telah mencetuskan kontroversi berabad-abad lamanya, iaitu
antara kumpulan analogis dan naturalis yang disebut PHUSEI yang mempercayai
bahawa bahasa berada di luar pengaruh manusia, yaitu ciptaan
Tuhan, bersifat semula jadi (alamiah), natural (nalar) dan logik (logis) dengan
kumpulan anomalis atau Konvensenis yang disebut THESEI pula berpegang kepada
kepercayaan bahawa bahasa bukan natural (nalar) sepenuhnya tetapi wujud secara konvensyen.
Plato telah menimbulkan persoalan
adakah ketepatan sesuatu nama berasaskan tabii dan realiti atau konvensyen, yaitu berdasarkan persetujuan masyarakat. Beliau juga menyelidik tentang
logos (ayat) yang berupa rentetan kata yang membedakan antara
onoma (kata nama) dengan Rhema (kata kerja). Plato telah meletakkan fungsi kata
nama sebagai subjek kepada predikat dan kata kerja sebagai penerangan kepada
perbuatan. Bagi Plato kesimbolikan memang wujud. Contoh yang diberi ialah bunyi
[ r ] menunjukkan gerak, manakala bunyi [ l ] menunjukkan kehalusan dan
kelancaran.
Ilmu linguistik terus berkembang
pada zaman Aristoteles tahun 384 – 322 sebelum masehi dengan
menambah satu lagi pembahagian pada Pluto, yaitu Syndesmoi (kata hubung). Beliau mengembangkan dan memperdalam pemikiran tentang falsafah bahasa
yang diasaskan oleh Plato. Aristoteles merupakan sarjana yang mula-mula mengakui tentang adanya sistem kata atau tense dalam bahasa Yunani. Gagasan lain yang dikembangkan oleh
Aristoteles ialah fungsi bahasa sebagai alat, khususnya untuk retorik dan puisi.
Beliau menganggap bahawa bahasa itu sebagai suatu juzuk dunia, tetap dan dapat
diperoleh dalam tulisan yang menjadi subjek tatabahasa dan sebagai cara menunjukkan
apa-apa saja yang ada di dunia yang menjadi subjek logika.
Seterusnya diteruskan oleh tokoh
yang bernama Dionysius Thrax. Beliau tinggal
di Alexandria. Beliau menjalankan kajian berdasarkan kepada bahasa yang betul seperti yang digunakan oleh pemuisi Homer dalam puisinya. Beliau mengajar di Rhodes dan Rom. Sepanjang kerjanya mengajar, beliau menghasilkan buku tata bahasa
Yunani yaitu Techne Grammatike. Buku ini menjadi buku tata bahasa
pegangan untuk bahasa Yunani hingga sekarang.
Asas-asas tata bahasa
inilah yang menjadi asas penulisan buku-buku tata bahasa bahasa-bahasa Eropah pada
hari ini. Dalam buku tatabahasanya, beliau menggolongkan kata kepada lapan
jenis iaitu kata nama, ganti nama, kata kerja, kata adjektif, kata adverba,
kata sendi, kata partikel dan kata seru. (kutipannya belum. Dari buku)
Falsafat Bahasa merupakan satu teras
bermulanya satu falsafat yang
menjadi pegangan dan kekuatan masyarakat ketika itu. Antara perkara yang
disentuh oleh mereka ialah hal-hal mengenai asal-usul
perkataan,keterangan-keterangan mengenai gejala bahasa dan uraian-uraian
mengenai bunyi-bunyi bahasa yang berlandaskan kepada bahasa bertulis. Dalam
pengkajian tentang bunyi,orang-orang Yunani tidak menggunakan mana-mana dialek
yang dituturkan. Namun, selain tentang asal-usul perkataan, antara aspek yang
dibincangkan dengan hebatnya pada ketika itu ialah konsep semula jadi dan
kebiasaan terhadap gejala bahasa dan hubungan antara perkataan dengan makna.
Dengan demikian pelopor aliran
tradisionalisme adalah Plato dan Aristoteles. Tokoh-tokoh yang menganut aliran
ini antara lain; Dyonisisus Thrax, Zandvoort, C.A. Mees, van Ophuysen, RO
Winstedt, Raja Ali Haji, St. Moh. Zain, St. Takdir Alisyahbana, Madong Lubis,
Poedjawijatna, Tardjan hadidjaja.
1) Munculnya Teori Linguistik Aliran Tradisional
Sejarah linguistik dimulai
dari adanya aliran linguistik tradisional. Aliran ini merupakan sekumpulan
penjelasan dan aturan gramatik yang dipakai kurang lebih selama dua ratus tahun
yang lalu. Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan
istilah struktural. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan
filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural menganalisis bahasa
berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam bahasa.
Dalam merumuskan kata
kerja, misalnya, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang
menyatakan tindakan atau kejadian. Sedangkan tata bahasa struktural menyatakan
kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase “dengan . . . .”
Berikut ini akan dijelaskan bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional dari
zaman ke zaman, mulai zaman Yunani sampai masa menjelang munculnya linguistik
modern di sekitar akhir abad ke-19:
a.
Linguistik
Zaman Yunani (Abad ke 5 SM - 2 SM)
Studi bahasa pada zaman
yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abad ke-5
SM sampai lebih kurang abad ke-2 M. Jadi, kurang lebih sekitar 600 tahun.
Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu
adalah adanya pertentangan antara fisis dan
nomos serta adanya pertentangan
antara analogi dan anomali. Pertentangan yang bersifat
fisis menjelaskan bahwa bahasa itu memiliki hubungan asal-usul, sumber dalam
prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar manusia itu sendiri,
sedangkan nomos yang berarti konvesional menjelaskan bahwa makna-makna itu
diperoleh dari hasil-hasil tradisi atau kebiasaan. Kaum analogi (Plato dan
Aristoteles) berpendapat bahwa bahasa lebih bersifat teratur, analogi sejalan
dengan kaum naturalis, sedangkan anomaly berpendapat bahwa bahasa itu tidak
teratur. Kaum anomali sejalan dengan kaum konvensional.
Adapun beberapa kaum atau
tokoh yang mempuyai peranan besar dalam studi pada zaman yunani, yakni:
1)
Kaum
Sophis (Abad ke 5 SM)
a.
Fisis itu maksudnya bahasa mempunyai asal
usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia
itu sendiri. Oleh karena itu tidak dapat ditolak. Kelompok yang menganut paham
ini yaitu kaum naturalis. Nomos (konvensional) maksudnya makna-makna kata
diperoleh dari hasil tradisi atau kebiasaan. Kelompok yang menganut paham ini
yaitu kaum konvensional.
b. Analogi itu maksudnya bahasa bersifat teratur. Tokoh pada kaum
analogi adalah Plato dan Aristoteles. Anomali maksudnya bahasa itu bersifat tidak
teratur. Kaum anomaly sejalan dengan kaum naturalis, kaum analogi sejalan
dengan kaum konversional
c. Kaum Shopis (muncul pada abad ke-5 SM)
Studi yang terkenal antara lain:
Kaum ini muncul pada abad ke-5 SM. Mereka dikenal dalam studi bahasa antara
lain, karena;
1. Mereka melakukan
kerja secara empiris
2. Mereka melakukan
kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran tertentu.
3. Mereka sangat
mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa.
4. Mereka membedakan
tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.
Salah satu tokohnya adalah Protogoras yang membagi kalimat
menjadi kalimat narasi, kalimat Tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan
undangan dan Georgias yang membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal
sekarang.
2)
Plato
(Abad ke 429 SM - 347 SM)
Studi bahasa yang terkenal antara lain : memperdebatkan
analogi dan anomaly juga dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam
onoma dan rhema. Onoma (bentuk tunggalnya onomata) dapat berarti : nama, (dalam
bahasa sehari-hari), nominal(dalam
istilah tata bahasa), subjek. Plato yang hidup sebelum abad masehi itu, dalam
studi bahasa terkenal antara lain karena:
1. Dia
memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialoog. Juga mengemukakan masalah bahasa ilmiah dan bahasa konvensional.
2. Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya
kira-kira; bahasa adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantaraan onomata
rhemata.
3. Dialah orang yang
pertama kali membedakan kata dan rhema.
Yang dimaksud dengan Onoma adalah nama, dalam
bahasa sehari-hari. Sedangkan Rhema adalah ucapan, dalam bahasa sehari-hari.
Keduanya merupakan anggota dari Logos, yaitu kalimat atau klausa. Rhema (bentuk tunggalnya rhemata)
dapat berarti : ucapan, verba ataupun predikat.
3)
Aristoteles
(Abad ke 384 SM - 322 SM)
Studi
bahasanya yang terkenal antara lain : menambahkan satu kelas kata yaitu
syndesmoi atas pembagian yang dibuat Plato. Syndesmoi adalah kata yang lebih
banyak bertugas dalam hubungan sintaksis (kurang lebih sama dengan preposisi
dan konjungsi). Aristoteles juga membedakan jenis kelamin kata menjadi 3 yaitu
: maskulin, feminim dan neutrum.
4)
Kaum
Stoik (Abad ke 384 SM - 322 SM)
Studi bahasanya antara lain :
a) membedakan studi bahasa secara
logika dan studi bahasa secara tata bahasa,
b) menciptakan istilah-istilah khusus
untuk studi bahasa
c) membedakan 3 komponen utama dalam
studi bahasa yaitu (a) tanda (semainon) (b) makna (semainomen atau lekton) (c)
hal yang diluar bahasa (benda atau situasi).
d). membedakan legein (bunyi yang
merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna) dan propheretal (bunyi bahasa yang mengandung
makna)
e) membagi jenis kata menjadi 4 yaitu :
kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan athoron (kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah).
Dia adalah salah satu murid Plato.
Dalam studi bahasa dia terkenal karena:Dia menambahkan satu kelas kata lagi
atas pembagian yang di buat gurunya, Plato, yaitu syndesmoi. Jadi
menurutnya ada kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesmoi. Yang dimaksud
dengan syndesmoi adalah kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan
sintaksis. Jadi, syndesmoi itu sama dengan kelas preposisi dan konjugasi yang
kita kenal sekarang.Dia membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi tiga,
yaitu, maskulin feminin, dan neutrum. Hal yang perlu diketahui adalah bahwa
Aristoteles selalu bertolak dari logika. Dia memberikan pengertian, definisi,
konsep, makna, selalu berdasarkan logika. Dari
uraian di atas tampak bahwa yang telah dihasilkan oleh kaum Stoik lebih jauh
daripada yang dihasilkan oleh atau pada masa Aristoteles.
5)
Kaum
Alexandrian
Mereka
menganut paham anologi dan mewarisi buku Tata Bahasa Dionysius Tharax (lahir
sekitar tahun 100 SM). Diterjemahkan oleh Remius Palaemon pada abad 1 M
dengan judul Ars Grammatika dan menjadi cikal bakal tata bahasa tradisional.
H. Di
India pada tahun 400 SM ada seorang sarjana Hindu bernama Panini yang menyusun
sekitar 400 pemerian tentang struktur tata bahasa sansakerta . Leonard
Bloomfield (1887-1949) menyebut Panini sebagai one of the greatest monuments of the human intelligence karena buku
astdhyasi bukunya itu merupakan deskripsi lengkap dari bahasa sansakerta yang
pertama kali ada.
Sejaman dengan sarjana- sarjana Yunani
di atas, di India pada tahun 400 SM. Panini, seorang sarjana hindu, telah
menyusun kurang lebih 4000 pemerian tentang struktur bahasa sansekerta dengan
prinsip-prinsip dan gagasan yang masih dipakai dalam linguistik modern. Leonard
Bloomfield (1887 - 1949), seorang tokoh linguis struktural Amerika, menyebut
Panini sebagai one of the greatest monuments of human intelligence
karena buku tata bahasa Panini, yaitu Astdhyasi merupakan deskripsi
lengkap dari bahasa sansekerta yang pertama kali ada.
6) Linguistik Zaman Romawi
Varro dan “De Lingua Latina”. Buku
ini membahas etimologi (cabang linguistik yang menyelidiki asal usul kata
beserta artinya), dan morfologi (cabang linguistik yang mempelajari kata beserta
pembentukkannya). Ia membagi kelas kata latin menjadi 4 bagian yaitu kata
benda, kata kerja, partisipel, adverbium. Menurutnya, kasus dalam bahasa latin
ada 6: nominativius (bentuk primer), genetivius (menyatakan kepunyaan), dativius
(menyatakan menerima), akusativius (bentuk objek), vokativius (bentuk sapaan),
ablativius (menyatakan asal). Varro juga membedakan deklinasi
(perubahan bentuk kata yang berkenaan dengan kategori, kasus, jumlah dan jenis)
menjadi deklinasi naturalis (bersifat reguler) dan voluntaris (bersifat
ireguler).
Institutiones Grammaticae (tata bahasa priscia). Buku ini
menjadi dasar tata bahasa latin dan filsafat pada zaman pertengahan serta
membahas Fonologi (mengkaji bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan),
morfologi dan sintaksis (tata susun kata yang selaras dan menunjukan kalimat
itu selesai) . Bunyi dibedakan menjadi 4 macam yaitu : vox artikulata (bunyi
yang ducapkan untuk membedakan makna), vox martikulata (bunyi yang tidak
diucapkan untuk menunjukan makna), vox litterata (bunyi yang dapat dituliskan)
dan vox iletterata (bunyi yang tidak dapat dituliskan). Serta ada 8 jenis kata
yaitu : nomen (kata benda), verbum (kata kerja), participium, pronomen (kata
pengganti), adverbium (atribut verbum), praepositio (preposisi), interjectio
(menyatakan perasaan), conjuctio (kata hubung).
Varro adalah tokoh pada zaman Romawi
kuno. Karyanya adalah De Lingua Latina dan Priscia dengan karyanya
Institutiones Grammaticae.Dalam bukunya De Lingua, Varro masih
juga memperdebatkan masalah anomali dan analogi seperti zaman Stoik di Yunani.
Buku ini di bagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi, dan sintaksis. Apa
yang dibicarakan dalam bukunya itu mengenai bidang-bidang tersebut dibicarakan
secara sangat singkat.
a. Etimologi, adalah cabang ilmu linguistik yang menyelidiki
asal usul kata beserta artinya.
Dalam
bidang ini Varro mencatat adanya perubahan bunyi yang terjadi dari zaman ke ,
dan perubahan makna kata. Kelemahan Varro dalam bidang ini adalah dia
menganggap kata-kata Latin dan Yunani yang berbentuk sama adalah pinjaman
langsung. Padahal banyak dari kata Latin dan Yunaniyang harus direkonstruksikan
kembali kepada satu bahasa purba atau bahasa proto yang lebih tua.
b. Morfologi, adalah cabang
linguistik yang mempelajari kata dan kata dan pembentukannya.
Menurut
Varro, kata adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dipisahkan lagi,dan
merupakan bentuk minimum. Menurut Varro, dalam bahasa latin ada kata-kata yang
terjadi decara analogi, dan ada juga yang terjadi secara anomali.
c. Sintaksis, bidang inimembicarakan
hal yang disebut oratio, yaitu tata susun kata yang berselaras dan menunjukan kalimat
itu selesai.
3)
Zaman Pertengahan.
Studi bahasanya mendapat perhatian penuh dari
kaum skolastik. Tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah Petrus Hispanius. Ia
memiliki peran penting dalam bidang linguistic diantaranya : membedakan nomen
menjadi 2 yaitu nomen substantivum dan adjectivum juga membedakan partes
orationes atas categorematik (semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau
predikat) dan syntategorematik (semua bentuk tutur lainnya).
4)
Zaman Renaisans (zaman pembukaan
abad pemikiran modern).
Terdapat 2 hal yang menonjol : (1) sarjananya menguasai
bahasa Latin, Yunani, Ibrani
dan Arab (2) bahasa Eropa juga mendapat perhatian dalam
pembahasan tata bahasa.
5)
Menjelang lahirnya linguistic
modern. Merupakan tonggak penting dalam studi bahasa
7)
Institutiones
Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia
Institutiones
Grammaticae
atau Tata Bahasa Priscia adalah buku yang sangat penting
karena membahas masalah tentang:
·
Buku tata bahasa latin yang
paling lengkap yang dituntukan oleh pembicarakan aslinya.
·
Teori-teori tata bahasanya
merupakan tonggak-tonggak utama pembicaran bahasa secara tradisonal.
Berapa segi yang dibicarakan dalam buku ini:
a. Fonologi, dalam
bidang ini pertama-tama dibicarakan tulisan atau huruf yang disebut “litterae”.Litterae
adalah bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan.nama
huruf-huruf itu disebut figuerae, sedangkan nilai
bunyi itu disebut potestas.
b. Morfologi,
dalam bidang ini dibicarakan mengenai dictio atau
kata. Kata adalah bagian yang minimum dari sebuah ujaran dan harus
diartikan terpisah dalam makna sebagai satu-kesatuan.
c. Sintaksis,
membicarakan tata susun kata yang berseleras dan menunjukan kalimat itu
selesai.
8)
Linguistik
Zaman Pertengahan
Studi
bahasa pada zaman ini di Eropa mendapat perhatian penuh, terutama oleh para
filsuf skolastik, dan bahasa latin menjadi lingua franca, karena dipakai
sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Yang
patut dibicarakan dalam studi bahasa pada zaman ini antara lain adalah peranan Kaum
Modistae, Tata Bahasa Skulativa, dan Petrus Hispamus.
a. Kaum
Modistae masih membicarakan pertentengan antara fisis dan nomos, analogi
dan anomali. Kaum ini menerima konsep analogi karena menurut merekabahasa itu
bersifat reguler dan universal. Mereka juga memperhatikan aspek semantiksebagai
dasar penyebutan definisi-definisi bentuk bahasa, mereka juga mencari sumber
makna. Maka, berkembanglah bidang etimologi pada zaman ini.
b. Tata
Bahasa SpekulativaI, merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa
latin kedalam filsafat skolastik. Menurut Tata Bahasa Spekulativa, kata tidak
secara langsung mewakili alam dari segala benda yang ditunjuk. Kata hanya
mewakili hal adanya benda itu dalam pelbagai cara, modus, substansi, aksi,
kualitas
c. Petrus
Hispanus. Beliau pernah menjadi Paus pada tahun 1276 - 1277, dengan gelar Paus Johannes XXI. Bukunya berjudul Summulae
Logicales. Peranannya dalam bidang linguistik adalah:
1.
Dia telah memasukan psikologi dalam analisis makna bahasa. Dia juga membedakan antara signifikasi utama dan
konsignifikasi, yaitu pembedaan pengertian yang dikandung pada bentuk akar dan
pengertian yang dikandung oleh imbuhan.
2.
Dia telah membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen Substantivum dan
Adjectivum
3. Dia
juga telah membedakan Partes Orationes atas categorematic dan Syntategorematic.
Categorematic adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat.
Sedangkan Syntategorematic adalah semua bentuk tutur lainnya.
- Ciri-ciri Aliran Tradisional
Tata bahasa tradisional menurut
Chaer (2003: 333) menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik.
Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa mengatakan kata kerja adalah
kata yang menyatakan tindakan atau kejadian. (Lihat tata
bahasanya, seharusnya berdasark…. Maka ciri-ciri………….
Ciri-ciri aliran tradisional menurut Soeparno (2002: 44)
adalah sebagai berikut.
1.
Bertolak
dari landasan pola pikir filsafat
2.
Pemerian
bahasa secara historis
3. Bertolak dari Pola Pikir secara
Filosofis.
Ada
dua hal yang menjadi bukti bahwa aliran Tradisional menggunakan landasan/pola
pikir filsafat ialah banyaknya pembagian jenis kata yang bersumber dari onoma-rhema produk Plato dan onoma-rhema-syndesmos produk
Aristoteles; dan penggunaan istilah subjek dan predikat yang sampai saat ini
menjadi materi utama dalam pembelajaran bahasa di sekolah.
4.
Tidak Membedakan Bahasa dan Tulisan.
Teori ini mencampuradukkan
pengertian bahasa (dalam arti yang sebenarnya) dan tulisan (perwujudan bahasa
dengan media huruf). Dengan demikian, secara otomatis juga mencampuradukkan
pengertian bunyi dan huruf. Sebagai bukti seorang ahli bahasa mencampuradukkan
pengertian tersebut dapat dibaca pada kutipan “Antara vocal-vokal itu, huruf a adalah yang membentuk lubang mulut yang
besar, i yang kecil, e biasanya terbentuk di dalam mulut sebelah muka, dan o di
belakang sebelah ke dalam” (Mees dalam Soeparno, 2002: 44)
5.
Senang Bermain dengan Definisi.
Ciri ini merupakan pengaruh dari
cara berpikir secara deduktif. Semua istilah diberi definisi terlebih dahulu
kemudian diberi contoh, yang kadang-kadang hanya ala kadarnya. Teori ini tidak
pernah menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan
disimpulkan. Yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghapal
definisi yang dirumuskan secara filosofis.
6.
Pemakaian Bahasa Berkiblat pada Pola/Kaidah.
Ketaatan pada pola ini diwarisi
sejak para ahli tata bahasa tradisional mengambil alih pola-pola bahasa latin
untuk diterapkan pada bahasa mereka sendiri. Kaidah bahasa yang telah mereka
susun dalam suatu bentuk buku tata bahasa harus benar-benar ditaati oleh
pemakai bahasa. Setiap pelanggaran kaidah dinyatakan sebagai bahasa yang salah
atau tercela. Pengajaran bahasa di sekolah mengajarkan bahasa persis yang
tercantum di dalam buku tata bahasa. Praktik semacam itu mengakibatkan siswa
pandai dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir berbicara atau
berbahasa di dalam kehidupan masyarakat. Tata bahasa yang mereka pakai itu
biasa disebut tata bahasa normative dan tata bahasa preskriptif.
7.
Level-level Gramatik Belum Ditata Secara Rapi.
Level (tataran) yang terendah
menurut teori ini adalah huruf. Level di atas huruf adalah kata, sedangkan
level yang tertinggi adalah kalimat. Menurut teori ini, huruf didefinisikan
sebagai unsure bahasa yang terkecil, kata didefinisikan sebagai kumpulan dari
huruf yang mengandung arti, sedangkan kalimat didefinisikan sebagai kumpulan
kata yang mengandung arti lengkap.
8.
Tata Bahasa Didominasi oleh Jenis Kata (Part
of Speech)
Ciri ini merupakan ciri yang paling
menonjol di antara ciri-ciri yang lain. Hal ini dapat dimengerti Karena masalah
penjenisan kata merupakan aspek linguistik yang paling tua dalam sejarah kajian
linguistik.a
C.
Keunggulan dan Kelemahan Aliran
Tradisional
(Bersarkan ciri2 yang ada dan pandangan maka
keunggulan………kutipan, bisa juga pendapat lain dr pandangan sendiri, bisa juga
setuju, komentar sendiri, analisis kalimat, dasarnya dari atas, bias juga buat
bagannya, klasifikasikan, konsisten dengan istilah, karena ini ciri dari aliran
).
1. Keunggulan
a. Teori tradisional lebih tahan lama
karena pola pikir aliran ini bertolak dari pola pikir filsafat.
b. Aliran ini berkiblat pada bahasa tulis
baku, maka keteraturan penggunaan bahasa bagi para penganutnya amat
dibangggakan.
c. Aliran tradisional mampu
menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian dalam menghafal istilah karena
salah satu ciri aliran ini senang bermain dengan definisi.
d. Aliran tradisional menjadikan
penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa yang cukup tinggi karena pemakaian
bahasa berkiblat pada pola atau kaidah.
e. Aliran ini telah memberikan
kontribusi besar terhadap penegakan prinsip: “yang benar adalah benar walaupun
tidaka umum, dan yang salah adalah salah walaupun abanyak pengikutnya”.
2. Kelemahan
a. Teori tradisional belum bisa membedakan
bahasa dan tulisan sehingga pengertian antara bahasa dan tulisan masih kacau.
b. Teori ini tidak pernah menyajikan
kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, yang paling utama
adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara
filosofis.
c. Pemakaian bahasa berkiblat pada pola
atau kaidah sehingga siswa pandai dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi
tidak mahir sama sekali berbicara atau berbahasa didalam kehidupan masyarakat.
d. Level-level gramatikalnya belum rapi
hanya tiga level yang secara pasti ditegakkan, yakni huruf, kata, dan kalimat.
e. Pemerian bahasa menggunakan pola bahasa
latin yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.
f. Pemerian bahasa berdasarkan bahasa tulis
baku padahal bahasa tulis baku hanya merupakan sebagian dari ragam bahasa yang
ada.
g. Permasalahan tata bahasa masih banyak
didominasi oleh permasalahan jenis kata (part
of speech), sehingga ruang lingkup permasalahan masih sangat sempit.
h. Objek kajian hanya sampai dengan level
kalimat, sehingga tidak memungkinkan menyentuh aspek komunikatif.
D.Analisis
kalimat dengan aliran tradisional
Pada kaum Shopis, Mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa. Protogoras yang membagi kalimat menjadi
kalimat narasi, kalimat Tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan
undangan dan Georgias yang membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal
sekarang. Mereka membedakan tipe kalimat berdasarkan isi dan makna. Pada
kalimat pertama “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu” pada
linguistik tradisional, kalimat ini dapat digolongkan sebagai sebuah kalimat
narasi.
Plato, membedakan Onoma dan rhema.Yang dimaksud dengan
Onoma adalah nama, dalam bahasa sehari-hari. Sedangkan Rhema adalah ucapan,
dalam bahasa sehari-hari. Keduanya merupakan anggota dari Logos, yaitu kalimat
atau klausa. Jadi kalimat ini juga merupakan
Rhema. Jadi, “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu” merupakan Rhema (bentuk tunggalnya rhemata)
dapat berarti : ucapan, verba ataupun predikat. Dengan demikian dari bahasa
sehari-hari bentuk ini sudah diterapkan. Sampai kalimat ini dapat dipahami,
Rhema atau ucapan memegang kendali dalam kalimat atau klausa. Kalimat ini juga
terdapat predikat yaitu pada kata melupakan.
Kaum Stoik (awal abad ke-4 SM),
Studi
bahasanya antara lain :
a) Membedakan studi bahasa secara
logika dan studi bahasa secara tata bahasa,
b) Menciptakan istilah-istilah khusus
untuk studi bahasa
c) Membedakan 3 komponen utama dalam studi bahasa yaitu (a)
tanda (semainon) (b) makna (semainomen atau lekton) (c)
hal yang diluar bahasa (benda atau situasi).
d). Membedakan legein (bunyi yang
merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna) dan propheretal (bunyi
bahasa yang mengandung makna)
e)
Membagi jenis kata menjadi 4 yaitu :
kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan athoron
(kata yang menyatakan jenis kelamin
dan jumlah).
Pada kalimat , “Andris sering kali
melupakan shalat lima waktu”, secara
logika, kalimat , “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu” sudah dapat dipahami. Kemudian secara tata
bahasa kalimat ini sudah dapat dikatakan lengkap karena ada subjek dan
predikatnya. Jika dilihat dari 3
komponen dalam studi bahasa, kalimat , “Andris sering kali melupakan shalat
lima waktu” juga dapat dibedakan
melalui tanda, sesudah tanda makna juga perlu untuk pemahaman. Maknanya,
sebagai pernyataan dan sekaligus mengingatkan. Sedangkan komponen yang juga penting adalah hal yang
diluar bahasa. , kalimat “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu” perlu disesuaikan dengan situasi. Kemudian
mereka Membagi
jenis kata menjadi 4 yaitu : kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan athoron. Namun Kalimat ini
berisikan kata benda, kata kerja, syndesmoi dan athoron. Andris sering kali
melupakan Shalat lima waktu masing-masingnya merupakan kata benda.
Menurut Plato ada kelas kata, yaitu
onoma, rhema, dan syndesmoi. Yang dimaksud dengan syndesmoi adalah kata yang
lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Maka kalimat “Andris sering kali
melupakan shalat lima waktu” ,“Ruang
kelas ini sangat dingin”, “Mereka bilang Beti
sangat cantik”, “Ari sedang miinum kopi
di kantin” berhubungan dengan sintaksis
yang di dalamnya terdapat subjek , predikat .Jadi, syndesmoi itu sama dengan
kelas preposisi dan konjugasi yang kita kenal sekarang. Di Kantin pada kalimat “Ari
sedang miinum kopi di kantin” tergolong kelas preposisi dalam analisis
aliran tradisional pluto. Pada kalimat “Bapak tilem, kula sirem” jika
ditambahkan konjungsi maka diangap lengkap dalam kalimat sesuai aliran plato.
Varro dan “De Lingua Latina”. Buku
ini membahas etimologi (cabang linguistik
yang menyelidiki asal usul kata beserta artinya), dan morfologi (cabang
linguistik
yang mempelajari kata beserta pembentukkannya). Ia membagi kelas kata latin
menjadi 4 bagian yaitu kata benda, kata kerja, partisipel, adverbium.
Menurutnya, kasus dalam bahasa latin ada 6: nominativius (bentuk primer),
genetivius (menyatakan kepunyaan), dativius (menyatakan menerima), akusativius
(bentuk objek), vokativius (bentuk sapaan), ablativius (menyatakan asal). Varro
juga membedakan deklinasi (perubahan bentuk kata yang berkenaan dengan
kategori, kasus, jumlah dan jenis) menjadi deklinasi naturalis (bersifat
reguler) dan voluntaris (bersifat ireguler). Maka kalimat “ Andris sering kali
melupakan sholat lima waktu” dikaji dengan aspek morfologi termasuk dalam
adverbium yakni andris merupakan subjek pendukung dalam kalimat utama. “Ruang
kelas ini sangat dingin” termasuk dalam kajian morfologi karena kalimat
tersebut menyatakan sifat “dingin” “Mereka berpendapat bahwa Beti sangat
cantik” termasuk dalam adverbium karena kata “mereka” dalam kalimat mempunyai
arti mendukung keberadaan subjek bahwa ia cantik “Bapak tilem kula siram”
termasuk dalam kajian etimologi karena dalam kalimat tersebut meyelidiki asal
usul kata beserta artinya, dan perubahan bunyi seperti yang di sebutkan yakni
tilem yang berarti tidur, kulo yang berarti saya, dan siram yang berarti mandi
“Ari sedang minum kopi di kantin” termasuk dalam kajian morfologi yakni kata
kerja dan adverbium karena kalimat tersebut menyatakan subjek tersebut
melalukan aktitifitas, dan adverbium karena anggota bawah (subjek) merupakan
pendukung aktifitas.
Institutiones
Grammaticae (tata bahasa priscia). Buku ini menjadi dasar tata bahasa latin dan
filsafat pada zaman pertengahan serta membahas Fonologi (mengkaji bagian
terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan), morfologi dan sintaksis (tata susun
kata yang selaras dan menunjukan kalimat itu selesai) . Bunyi dibedakan menjadi
4 macam yaitu : vox artikulata (bunyi yang ducapkan untuk membedakan makna),
vox martikulata (bunyi yang tidak diucapkan untuk menunjukan makna), vox
litterata (bunyi yang dapat dituliskan) dan vox iletterata (bunyi yang tidak
dapat dituliskan). Serta ada 8 jenis kata yaitu : nomen (kata benda), verbum
(kata kerja), participium, pronomen (kata pengganti), adverbium (atribut
verbum), praepositio (preposisi), interjectio (menyatakan perasaan), conjuctio
(kata hubung). . 1. Andris sering kali melupakan sholat lima waktu 2. Ruang
kelas ini sangat dingin 3. Mereka berpendapat bahwa Beti sangat cantik 4. Bapak
tilem kula siram 5. Ari sedang minum kopi di kantin Dari kelima kalimat
tersebut termasuk dalam “Sintaksis”, karena kelima kalimat tersebut
membicarakan tata susun kata yang berseleras dan menunjukan kalimat itu
selesai.
E. a. Simpulan
Dari
hasil analisis sejarah linguistik tradisional dapat disimpulkan bahwa:
a.
Linguistik tradisional dimulai dari
zaman Yunani. Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya
perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu,
deskripsi bahasa hanya bertumpu pada tulisan.
b.
Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan
dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa latin.
c.
Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara perspektif, yakni
benar atau salah.
d.
Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan
melibatkan logika. Penemuan-penemuan terdahulu cenderung untuk selalu
dipertahankan.(perhatikan kepaduan dengan pernyataan sebelumnya,
analisis)
b.Saran
Mengetahui sejarah tradisional sangat penting
sebagai tolak ukur pemahaman selanjutnya sejarah linguistik. Dengan demikian,
saran penelitian ini adalah perlu mencari tau lagi sejarah-sejarah yang belum
terjamah atau belum dimasukan sebagai lanjutan sejarah linguistik.
Daftar pustaka
Robins. 1995. Sejarah Singkat Linguistik Edisi Ketiga. Bandung :Penerbit ITB.
Tes....
BalasHapus