Senin, 02 Desember 2013

Kelompok Biru

Draf 1 (presentasi 3 Desember 2013)

SEJARAH LINGUISTIK TRADISIONAL
Chrissanty Hiariej, Fenda, Ahmad Rifa’i, Andris


Abstrak

Ilmu-ilmu manusia, yang mencakup linguistik, muncul dari perkembangan kesadaran diri manusia. Namun pada waktu yang sama ilmu-ilmu ini, atau lebih tepat lagi praktisi-praktisinya menjadi sadar akan dirinya sendiri dengan  apa yang sedang mereka lakukan dan apa yang mereka telah lakukan. Bila kesadaran ilmu secara ilmiah ini mencakup minat terhadap asal mula dan perkembangan lampau suatu ilmu, kita akan melihat kelahiran disiplin khas yang dikenal sebagai sejarah ilmu. Ilmu linguistik dewasa ini, seperti bagian-bagian lain dari pengetahuan dan pembelajaran manusia, dan seperti semua aspek budaya manusia, adalah produk dari masa lalunya dan matriks dari masa depannya. Dalam sejarah ilmu linguistik, golongan pertama yang bergiat dalam bidang pengkajian bahasa ialah orang-orang Yunani. Pada zaman Yunani kunolah linguistik teoritik memiliki asal Eropanya, sebagian karena persyaratan-persyaratan praktis; namun dari zaman itu pulalah kita memiliki catatan-catatan pertama mengenai perkiraan-perkiraan linguistik, namun jauh melampaui perkiraan-perkiraan itu, kita memiliki linguistik rakyat dan penerapan-penerapan praktis. Dalam perkembangan sejarahnya ia telah berhubungan dengan kontribusi-kontribusi utama kelompok pakar-pakar linguistik  yang memulai  pekerjaan di luar tradisi Eropa dan mengembangkan wawasan mereka sendiri-sediri terlepas dari tradisi tersebut. Orang Yunanilah yang mula-mula mengatakan bahasa ialah satu alat perhubungan yang sistematik. Awal zaman klasik pada abad ke-6 dan ke-5 SM, bangsa Yunani telah bermukim selama abad-abad di daerah daratan Yunani yang layak huni, daerah-daerah pantai barat Asia kecil, kepulauan Aega, pantai timur Sisilia, dan beberapa daerah di Italia selatan dan di tempat-tempat lain. Kehidupan intelektual Eropa secara keseluruhan, pemikiran filsafat, moral, politik, estetikanya memiliki akarnya dalam karya pemikir-pemikir Yunani (Robins,1995:15).
Dalam penulisan ini akan dibahas lebih dalam mengenai sejarah linguistik tradisional dengan tujuan untuk mendeskripsikan sejarah linguistik tradisional yang mencakup tokoh, aliran, ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan linguistik tradisional serta analisis dari kalimat berdasarkan pemahaman aliran tradisional. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi yang diperoleh dari beberapa referensi tentang sejarah linguistik tradisional. Dari penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis, yaitu untuk pengembangan ilmu linguistik pada umumnya, dan sejarah linguistik pada khususnya. Selain itu diharapkan bermanfaat secara praktis untuk mahasiswa sebagai pengembangan pengetahuan tentang sejarah linguistik tradisional. (kurang hasil, satu spasi unk abstrak)
Kata kunci : linguistik tradisional, tokoh-tokoh aliran, analisis aliran.
A.    Pendahuluan
Perubahan dan perkembangan dalam suatu ilmu ditentukan oleh sejumlah penyebab. Setiap ilmu berkembang dari masa lalunya, dan keadaan yang dicapai pada generasi sebelumnya merupakan titik untuk memulai perkembangan yang akan datang. Akan tetapi tak ada ilmu yang dikembangkan dalam suatu ruang hampa, tanpa rujukan pada hubungan dengan ilmu-ilmu lain dan suasana umum di mana upaya belajar apa pun didorong atau dibiarkan dalam suatu budaya. Disamping masa lalunya, arah perkembangan suatu ilmu juga dipengaruhi oleh konteks social dunia kontemporernya dan premis-premis intelektual yang dominan di dalamnya. Minat terhadap bahasa dan masalah-masalah linguistik  praktis secara terpisah mengarah ke ilmu linguistik yang lebih dari satu pusat peradaban. Masing-masing memiliki keunggulan dan pencapaiannya sendiri, dan dalam gerak perkembangaan sejarah masing-masing telah menyentuh tradisi linguistik Eropa dan memberi sumbangan kepada tradisi tersebut. Akan tetapi karena dalam zaman ini ilmu Eropa telah menjadi ilmu dunia, dan linguistik bukan merupakan pengecualian dalam hal ini, kita dapat  menelusuri sejumlah besar aliran kajian linguistic yang mengalir dalam tradisi Eropa dan menjadi bagian dari tradisi itu pada zaman yang berbeda-beda, sehingga membentuk ilmu linguistic sebagaimana yang dikenal dunia sekarang ini. Salah satunya adalah linguistic tradisional.
Pada zaman Yunani, antara sarjana yang memainkan peranan penting dalam mengkaji ilmu linguistik ini ialah Plato, Aristoteles, dan Thrax. Mereka ini telah lama mengkaji ilmu falsafah secara keseluruhannya. Abdullah Hassan (1978:4-5) menjelaskan bahawa oleh sebab orang Yunani itu lebih mementingkan falsafah, maka mereka lebih suka mengkaji apa yang dianggap sebagai etimologi yaitu pengkajian tentang bagaimana kata-kata terbentuk. Perbincangan ini mewujudkan dua pendapat yang mengatakan sama ada perkataan-perkataan terbentuk dengan cara semula jadi ataupun dibentuk oleh manusia melalui kebudayaan.
Plato (427-347) merupakan ahli falsafat pertama yang mengenal pasti dan menyelidik bahasa sebagai suatu masalah dan persoalan melalui karyanya yang berbentuk dialog, yaitu Cratylus. Dialog Cratylus telah mencetuskan kontroversi berabad-abad lamanya, iaitu antara kumpulan analogis dan naturalis yang disebut PHUSEI yang mempercayai bahawa bahasa berada di luar pengaruh manusia, yaitu ciptaan Tuhan, bersifat semula jadi (alamiah), natural (nalar) dan logik (logis) dengan kumpulan anomalis atau Konvensenis yang disebut THESEI pula berpegang kepada kepercayaan bahawa bahasa bukan natural (nalar) sepenuhnya tetapi wujud secara konvensyen.
Plato telah menimbulkan persoalan adakah ketepatan sesuatu nama berasaskan tabii dan realiti atau konvensyen, yaitu berdasarkan persetujuan masyarakat. Beliau juga menyelidik tentang logos (ayat) yang berupa rentetan kata yang membedakan antara onoma (kata nama) dengan Rhema (kata kerja). Plato telah meletakkan fungsi kata nama sebagai subjek kepada predikat dan kata kerja sebagai penerangan kepada perbuatan. Bagi Plato kesimbolikan memang wujud. Contoh yang diberi ialah bunyi [ r ] menunjukkan gerak, manakala bunyi [ l ] menunjukkan kehalusan dan kelancaran.
Ilmu linguistik terus berkembang pada zaman Aristoteles tahun 384 – 322 sebelum masehi dengan menambah satu lagi pembahagian pada Pluto, yaitu Syndesmoi (kata hubung). Beliau mengembangkan dan memperdalam pemikiran tentang falsafah bahasa yang diasaskan oleh Plato. Aristoteles merupakan sarjana yang mula-mula mengakui tentang adanya sistem kata atau tense dalam bahasa Yunani. Gagasan lain yang dikembangkan oleh Aristoteles ialah fungsi bahasa sebagai alat, khususnya untuk retorik dan puisi. Beliau menganggap bahawa bahasa itu sebagai suatu juzuk dunia, tetap dan dapat diperoleh dalam tulisan yang menjadi subjek tatabahasa dan sebagai cara menunjukkan apa-apa saja yang ada di dunia yang menjadi subjek logika.
Seterusnya diteruskan oleh tokoh yang bernama Dionysius Thrax. Beliau tinggal di Alexandria. Beliau menjalankan kajian berdasarkan kepada bahasa yang betul seperti yang digunakan oleh pemuisi Homer dalam puisinya. Beliau mengajar di Rhodes dan Rom. Sepanjang kerjanya mengajar, beliau menghasilkan buku tata bahasa Yunani yaitu Techne Grammatike. Buku ini menjadi buku tata bahasa pegangan untuk bahasa Yunani hingga sekarang. Asas-asas tata bahasa inilah yang menjadi asas penulisan buku-buku tata  bahasa bahasa-bahasa Eropah pada hari ini. Dalam buku tatabahasanya, beliau menggolongkan kata kepada lapan jenis iaitu kata nama, ganti nama, kata kerja, kata adjektif, kata adverba, kata sendi, kata partikel dan kata seru. (kutipannya belum. Dari buku)
Falsafat Bahasa merupakan satu teras  bermulanya satu falsafat yang menjadi pegangan dan kekuatan masyarakat ketika itu. Antara perkara yang disentuh oleh mereka ialah hal-hal mengenai asal-usul perkataan,keterangan-keterangan mengenai gejala bahasa dan uraian-uraian mengenai bunyi-bunyi bahasa yang berlandaskan kepada bahasa bertulis. Dalam pengkajian tentang bunyi,orang-orang Yunani tidak menggunakan mana-mana dialek yang dituturkan. Namun, selain tentang asal-usul perkataan, antara aspek yang dibincangkan dengan hebatnya pada ketika itu ialah konsep semula jadi dan kebiasaan terhadap gejala bahasa dan hubungan antara perkataan dengan makna.
Dengan demikian pelopor aliran tradisionalisme adalah Plato dan Aristoteles. Tokoh-tokoh yang menganut aliran ini antara lain; Dyonisisus Thrax, Zandvoort, C.A. Mees, van Ophuysen, RO Winstedt, Raja Ali Haji, St. Moh. Zain, St. Takdir Alisyahbana, Madong Lubis, Poedjawijatna, Tardjan hadidjaja.

1)      Munculnya Teori Linguistik Aliran Tradisional
Sejarah linguistik dimulai dari adanya aliran linguistik tradisional. Aliran ini merupakan sekumpulan penjelasan dan aturan gramatik yang dipakai kurang lebih selama dua ratus tahun yang lalu. Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan istilah struktural. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural menganalisis bahasa berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam bahasa.
Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian. Sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase “dengan . . . .” Berikut ini akan dijelaskan bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional dari zaman ke zaman, mulai zaman Yunani sampai masa menjelang munculnya linguistik modern di sekitar akhir abad ke-19:

a.      Linguistik Zaman Yunani (Abad ke 5 SM - 2 SM)
Studi bahasa pada zaman yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abad ke-5 SM sampai lebih kurang abad ke-2 M. Jadi, kurang lebih sekitar 600 tahun. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu adalah adanya pertentangan antara fisis dan nomos serta adanya pertentangan antara analogi dan anomali. Pertentangan yang bersifat fisis menjelaskan bahwa bahasa itu memiliki hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar manusia itu sendiri, sedangkan nomos yang berarti konvesional menjelaskan bahwa makna-makna itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi atau kebiasaan. Kaum analogi (Plato dan Aristoteles) berpendapat bahwa bahasa lebih bersifat teratur, analogi sejalan dengan kaum naturalis, sedangkan anomaly berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kaum anomali sejalan dengan kaum konvensional.
Adapun beberapa kaum atau tokoh yang mempuyai peranan besar dalam studi pada zaman yunani, yakni:

1)      Kaum Sophis (Abad ke 5 SM)
a.   Fisis itu maksudnya bahasa mempunyai asal usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri. Oleh karena itu tidak dapat ditolak. Kelompok yang menganut paham ini yaitu kaum naturalis. Nomos (konvensional) maksudnya makna-makna kata diperoleh dari hasil tradisi atau kebiasaan. Kelompok yang menganut paham ini yaitu kaum konvensional.
b.   Analogi itu maksudnya bahasa bersifat teratur. Tokoh pada kaum analogi adalah Plato dan Aristoteles. Anomali maksudnya bahasa itu bersifat tidak teratur. Kaum anomaly sejalan dengan kaum naturalis, kaum analogi sejalan dengan kaum konversional
*      c. Kaum Shopis (muncul pada abad ke-5 SM)
Studi yang terkenal antara lain: Kaum ini muncul pada abad ke-5 SM. Mereka dikenal dalam studi bahasa antara lain, karena;
1.   Mereka melakukan kerja secara empiris
2.   Mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran tertentu.
3.   Mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa.
4.   Mereka membedakan tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.
Salah satu tokohnya adalah Protogoras yang membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat Tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan dan Georgias yang membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal sekarang.

2)      Plato (Abad ke 429 SM - 347 SM)
Studi bahasa yang terkenal antara lain : memperdebatkan analogi dan anomaly juga dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan rhema. Onoma (bentuk tunggalnya onomata) dapat berarti : nama, (dalam bahasa sehari-hari),  nominal(dalam istilah tata bahasa), subjek. Plato yang hidup sebelum abad masehi itu, dalam studi bahasa terkenal antara lain karena:
1.  Dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialoog. Juga   mengemukakan masalah bahasa ilmiah dan bahasa konvensional.
2.  Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira; bahasa adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantaraan onomata rhemata.
3.  Dialah orang yang pertama kali membedakan kata dan rhema.
  Yang dimaksud dengan Onoma adalah nama, dalam bahasa sehari-hari. Sedangkan Rhema adalah ucapan, dalam bahasa sehari-hari. Keduanya merupakan anggota dari Logos, yaitu kalimat atau klausa. Rhema (bentuk tunggalnya rhemata) dapat berarti : ucapan, verba ataupun predikat.

3)      Aristoteles (Abad ke 384 SM - 322 SM)
Studi bahasanya yang terkenal antara lain : menambahkan satu kelas kata yaitu syndesmoi atas pembagian yang dibuat Plato. Syndesmoi adalah kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis (kurang lebih sama dengan preposisi dan konjungsi). Aristoteles juga membedakan jenis kelamin kata menjadi 3 yaitu : maskulin, feminim dan neutrum.

4)      Kaum Stoik (Abad ke 384 SM - 322 SM)
                  Studi bahasanya antara lain :
   a)    membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa,
   b)    menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa
  c)    membedakan 3 komponen utama dalam studi bahasa yaitu (a) tanda (semainon) (b) makna (semainomen atau lekton) (c) hal yang diluar bahasa (benda atau situasi).
d).  membedakan legein (bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak  bermakna) dan propheretal (bunyi bahasa yang mengandung makna)
    e)    membagi jenis kata menjadi 4 yaitu : kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan athoron   (kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah).
          Dia adalah salah satu murid Plato. Dalam studi bahasa dia terkenal karena:Dia menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang di buat gurunya, Plato, yaitu syndesmoi. Jadi menurutnya ada kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesmoi. Yang dimaksud dengan syndesmoi adalah kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Jadi, syndesmoi itu sama dengan kelas preposisi dan konjugasi yang kita kenal sekarang.Dia membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi tiga, yaitu, maskulin feminin, dan neutrum. Hal yang perlu diketahui adalah bahwa Aristoteles selalu bertolak dari logika. Dia  memberikan pengertian, definisi, konsep, makna, selalu berdasarkan logika. Dari uraian di atas tampak bahwa yang telah dihasilkan oleh kaum Stoik lebih jauh daripada yang dihasilkan oleh atau pada masa Aristoteles.


5)      Kaum Alexandrian
Mereka menganut paham anologi dan mewarisi buku Tata Bahasa Dionysius Tharax (lahir sekitar tahun 100 SM). Diterjemahkan oleh Remius Palaemon pada abad 1 M dengan judul Ars Grammatika dan menjadi cikal bakal tata bahasa tradisional.
H. Di India pada tahun 400 SM ada seorang sarjana Hindu bernama Panini yang menyusun sekitar 400 pemerian tentang struktur tata bahasa sansakerta . Leonard Bloomfield (1887-1949) menyebut Panini sebagai one of the greatest monuments of the human intelligence karena buku astdhyasi bukunya itu merupakan deskripsi lengkap dari bahasa sansakerta yang pertama kali ada.
Sejaman dengan sarjana- sarjana Yunani di atas, di India pada tahun 400 SM. Panini, seorang sarjana hindu, telah menyusun kurang lebih 4000 pemerian tentang struktur bahasa sansekerta dengan prinsip-prinsip dan gagasan yang masih dipakai dalam linguistik modern. Leonard Bloomfield (1887 - 1949), seorang tokoh linguis struktural Amerika, menyebut Panini sebagai one of the greatest monuments of human intelligence karena buku tata bahasa Panini, yaitu Astdhyasi merupakan deskripsi lengkap dari bahasa sansekerta yang pertama kali ada.

6)      Linguistik Zaman Romawi        
Varro dan “De Lingua Latina”. Buku ini membahas etimologi (cabang linguistik yang menyelidiki asal usul kata beserta artinya), dan morfologi (cabang linguistik yang mempelajari kata beserta pembentukkannya). Ia membagi kelas kata latin menjadi 4 bagian yaitu kata benda, kata kerja, partisipel, adverbium. Menurutnya, kasus dalam bahasa latin ada 6: nominativius (bentuk primer), genetivius (menyatakan kepunyaan), dativius (menyatakan menerima), akusativius (bentuk objek), vokativius (bentuk sapaan), ablativius (menyatakan asal). Varro juga membedakan deklinasi (perubahan bentuk kata yang berkenaan dengan kategori, kasus, jumlah dan jenis) menjadi deklinasi naturalis (bersifat reguler) dan voluntaris (bersifat ireguler).
      Institutiones Grammaticae (tata bahasa priscia). Buku ini menjadi dasar tata bahasa latin dan filsafat pada zaman pertengahan serta membahas Fonologi (mengkaji bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan), morfologi dan sintaksis (tata susun kata yang selaras dan menunjukan kalimat itu selesai) . Bunyi dibedakan menjadi 4 macam yaitu : vox artikulata (bunyi yang ducapkan untuk membedakan makna), vox martikulata (bunyi yang tidak diucapkan untuk menunjukan makna), vox litterata (bunyi yang dapat dituliskan) dan vox iletterata (bunyi yang tidak dapat dituliskan). Serta ada 8 jenis kata yaitu : nomen (kata benda), verbum (kata kerja), participium, pronomen (kata pengganti), adverbium (atribut verbum), praepositio (preposisi), interjectio (menyatakan perasaan), conjuctio (kata hubung).
      Varro adalah tokoh pada zaman Romawi kuno. Karyanya adalah De Lingua Latina  dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.Dalam bukunya De Lingua, Varro masih juga memperdebatkan masalah anomali dan analogi seperti zaman Stoik di Yunani. Buku ini di bagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi, dan sintaksis. Apa yang dibicarakan dalam bukunya itu mengenai bidang-bidang tersebut dibicarakan secara sangat singkat.
   a. Etimologi, adalah cabang ilmu linguistik yang menyelidiki asal usul kata    beserta  artinya.
Dalam bidang ini Varro mencatat adanya perubahan bunyi yang terjadi dari zaman ke , dan perubahan makna kata. Kelemahan Varro dalam bidang ini adalah dia menganggap kata-kata Latin dan Yunani yang berbentuk sama adalah pinjaman langsung. Padahal banyak dari kata Latin dan Yunaniyang harus direkonstruksikan kembali kepada satu bahasa purba atau bahasa proto yang lebih tua.
            b. Morfologi, adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan kata dan pembentukannya.
Menurut Varro, kata adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dipisahkan lagi,dan merupakan bentuk minimum. Menurut Varro, dalam bahasa latin ada kata-kata yang terjadi decara analogi, dan ada juga yang terjadi secara anomali.
c.    Sintaksis, bidang inimembicarakan hal yang disebut oratio, yaitu tata susun kata yang berselaras dan menunjukan kalimat itu selesai.

3)      Zaman Pertengahan.
   Studi bahasanya mendapat perhatian penuh dari kaum skolastik. Tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah Petrus Hispanius. Ia memiliki peran penting dalam bidang linguistic diantaranya : membedakan nomen menjadi 2 yaitu nomen substantivum dan adjectivum juga membedakan partes orationes atas categorematik (semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat) dan syntategorematik (semua bentuk tutur lainnya).


     4)      Zaman Renaisans (zaman pembukaan abad pemikiran modern).
        Terdapat 2 hal yang menonjol : (1) sarjananya menguasai bahasa Latin, Yunani, Ibrani   
        dan Arab (2) bahasa Eropa juga mendapat perhatian dalam pembahasan tata bahasa.
5)      Menjelang lahirnya linguistic modern. Merupakan tonggak penting dalam studi bahasa

7)      Institutiones Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia
  Institutiones Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia adalah buku yang sangat penting karena membahas masalah tentang:
·         Buku tata bahasa latin yang paling lengkap yang dituntukan oleh  pembicarakan aslinya.
·         Teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama pembicaran bahasa secara tradisonal.
Berapa segi yang dibicarakan dalam buku ini:
a.       Fonologi, dalam bidang ini pertama-tama dibicarakan tulisan atau huruf yang disebut “litterae”.Litterae adalah bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan.nama huruf-huruf itu disebut figuerae, sedangkan nilai bunyi itu disebut potestas.
b.      Morfologi, dalam bidang ini dibicarakan mengenai dictio atau kata. Kata adalah bagian yang minimum dari sebuah ujaran dan harus diartikan terpisah dalam makna sebagai satu-kesatuan.
c.       Sintaksis, membicarakan tata susun kata yang berseleras dan menunjukan kalimat itu selesai.

8)      Linguistik Zaman Pertengahan
Studi bahasa pada zaman ini di Eropa mendapat perhatian penuh, terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa latin menjadi lingua franca, karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Yang patut dibicarakan dalam studi bahasa pada zaman ini antara lain adalah peranan Kaum Modistae, Tata Bahasa Skulativa, dan Petrus Hispamus.
a.  Kaum Modistae masih membicarakan pertentengan antara fisis dan nomos, analogi dan anomali. Kaum ini menerima konsep analogi karena menurut merekabahasa itu bersifat reguler dan universal. Mereka juga memperhatikan aspek semantiksebagai dasar penyebutan definisi-definisi bentuk bahasa, mereka juga mencari sumber makna. Maka, berkembanglah bidang etimologi pada zaman ini.
b. Tata Bahasa SpekulativaI, merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa latin kedalam filsafat skolastik. Menurut Tata Bahasa Spekulativa, kata tidak secara langsung mewakili alam dari segala benda yang ditunjuk. Kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam pelbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas
c. Petrus Hispanus. Beliau pernah menjadi Paus pada tahun 1276 - 1277, dengan gelar Paus Johannes XXI. Bukunya berjudul Summulae Logicales. Peranannya dalam bidang linguistik adalah:
1.   Dia telah memasukan psikologi dalam analisis makna bahasa. Dia juga membedakan antara signifikasi utama dan konsignifikasi, yaitu pembedaan pengertian yang dikandung pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan.
2.   Dia telah membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen Substantivum dan Adjectivum
3.  Dia juga telah membedakan Partes Orationes atas categorematic dan Syntategorematic. Categorematic adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat. Sedangkan Syntategorematic adalah semua bentuk tutur lainnya.

  1. Ciri-ciri Aliran Tradisional
Tata bahasa tradisional menurut Chaer (2003: 333)  menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian. (Lihat tata bahasanya, seharusnya berdasark…. Maka ciri-ciri………….
Ciri-ciri aliran tradisional menurut Soeparno (2002: 44) adalah sebagai berikut.
1.      Bertolak dari landasan pola pikir filsafat
2.      Pemerian bahasa secara historis
3.      Bertolak dari Pola Pikir secara Filosofis.
Ada dua hal yang menjadi bukti bahwa aliran Tradisional menggunakan landasan/pola pikir filsafat ialah banyaknya pembagian jenis kata yang bersumber dari onoma-rhema produk Plato dan onoma-rhema-syndesmos produk Aristoteles; dan penggunaan istilah subjek dan predikat yang sampai saat ini menjadi materi utama dalam pembelajaran bahasa di sekolah.
      4.      Tidak Membedakan Bahasa dan Tulisan.
Teori ini mencampuradukkan pengertian bahasa (dalam arti yang sebenarnya) dan tulisan (perwujudan bahasa dengan media huruf). Dengan demikian, secara otomatis juga mencampuradukkan pengertian bunyi dan huruf. Sebagai bukti seorang ahli bahasa mencampuradukkan pengertian tersebut dapat dibaca pada kutipan “Antara vocal-vokal itu, huruf a adalah yang membentuk lubang mulut yang besar, i yang kecil, e biasanya terbentuk di dalam mulut sebelah muka, dan o di belakang sebelah ke dalam” (Mees dalam Soeparno, 2002: 44)
      5.      Senang Bermain dengan Definisi.
Ciri ini merupakan pengaruh dari cara berpikir secara deduktif. Semua istilah diberi definisi terlebih dahulu kemudian diberi contoh, yang kadang-kadang hanya ala kadarnya. Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan. Yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghapal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
   6.      Pemakaian Bahasa Berkiblat pada Pola/Kaidah.
Ketaatan pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional mengambil alih pola-pola bahasa latin untuk diterapkan pada bahasa mereka sendiri. Kaidah bahasa yang telah mereka susun dalam suatu bentuk buku tata bahasa harus benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap pelanggaran kaidah dinyatakan sebagai bahasa yang salah atau tercela. Pengajaran bahasa di sekolah mengajarkan bahasa persis yang tercantum di dalam buku tata bahasa. Praktik semacam itu mengakibatkan siswa pandai dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir berbicara atau berbahasa di dalam kehidupan masyarakat. Tata bahasa yang mereka pakai itu biasa disebut tata bahasa normative dan tata bahasa preskriptif.
   7.      Level-level Gramatik Belum Ditata Secara Rapi.
Level (tataran) yang terendah menurut teori ini adalah huruf. Level di atas huruf adalah kata, sedangkan level yang tertinggi adalah kalimat. Menurut teori ini, huruf didefinisikan sebagai unsure bahasa yang terkecil, kata didefinisikan sebagai kumpulan dari huruf yang mengandung arti, sedangkan kalimat didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung arti lengkap. 
  8.      Tata Bahasa Didominasi oleh Jenis Kata (Part of Speech)
Ciri ini merupakan ciri yang paling menonjol di antara ciri-ciri yang lain. Hal ini dapat dimengerti Karena masalah penjenisan kata merupakan aspek linguistik yang paling tua dalam sejarah kajian linguistik.a



C.    Keunggulan dan Kelemahan Aliran Tradisional
(Bersarkan ciri2 yang ada dan pandangan maka keunggulan………kutipan, bisa juga pendapat lain dr pandangan sendiri, bisa juga setuju, komentar sendiri, analisis kalimat, dasarnya dari atas, bias juga buat bagannya, klasifikasikan, konsisten dengan istilah, karena ini ciri dari aliran ).
 1.  Keunggulan
a.   Teori tradisional lebih tahan lama karena pola pikir aliran ini bertolak dari pola pikir filsafat.
b.   Aliran ini berkiblat pada bahasa tulis baku, maka keteraturan penggunaan bahasa bagi para penganutnya amat dibangggakan.
c.    Aliran tradisional mampu menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian dalam menghafal istilah karena salah satu ciri aliran ini senang bermain dengan definisi.
d.    Aliran tradisional menjadikan penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa yang cukup tinggi karena pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah.
e.    Aliran ini telah memberikan kontribusi besar terhadap penegakan prinsip: “yang benar adalah benar walaupun tidaka umum, dan yang salah adalah salah walaupun abanyak pengikutnya”.

2.      Kelemahan
a.   Teori tradisional belum bisa membedakan bahasa dan tulisan sehingga pengertian antara bahasa dan tulisan masih kacau.
b.   Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
c.   Pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah sehingga siswa pandai dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir sama sekali berbicara atau berbahasa didalam kehidupan masyarakat.
d.   Level-level gramatikalnya belum rapi hanya tiga level yang secara pasti ditegakkan, yakni huruf, kata, dan kalimat.
e.   Pemerian bahasa menggunakan pola bahasa latin yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.
f.   Pemerian bahasa berdasarkan bahasa tulis baku padahal bahasa tulis baku hanya merupakan sebagian dari ragam bahasa yang ada.
g.   Permasalahan tata bahasa masih banyak didominasi oleh permasalahan jenis kata (part of speech), sehingga ruang lingkup permasalahan masih sangat sempit.
h.  Objek kajian hanya sampai dengan level kalimat, sehingga tidak memungkinkan menyentuh aspek komunikatif.

D.Analisis kalimat dengan aliran tradisional
 Pada kaum Shopis,  Mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa.  Protogoras yang membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat Tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan dan Georgias yang membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal sekarang. Mereka membedakan tipe kalimat berdasarkan isi dan makna. Pada kalimat pertama “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu” pada linguistik tradisional, kalimat ini dapat digolongkan sebagai sebuah kalimat narasi.
Plato, membedakan Onoma dan rhema.Yang dimaksud dengan Onoma adalah nama, dalam bahasa sehari-hari. Sedangkan Rhema adalah ucapan, dalam bahasa sehari-hari. Keduanya merupakan anggota dari Logos, yaitu kalimat atau klausa.  Jadi kalimat ini juga merupakan Rhema. Jadi, “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”  merupakan Rhema (bentuk tunggalnya rhemata) dapat berarti : ucapan, verba ataupun predikat. Dengan demikian dari bahasa sehari-hari bentuk ini sudah diterapkan. Sampai kalimat ini dapat dipahami, Rhema atau ucapan memegang kendali dalam kalimat atau klausa. Kalimat ini juga terdapat predikat yaitu pada kata melupakan.
                   Kaum Stoik (awal abad ke-4 SM)Studi bahasanya antara lain :
    a)   Membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa,
    b)   Menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa
  c)   Membedakan 3 komponen utama dalam studi bahasa yaitu (a) tanda (semainon) (b)       makna (semainomen atau lekton) (c) hal yang diluar bahasa (benda atau situasi).
d).   Membedakan legein (bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna) dan propheretal (bunyi bahasa yang mengandung makna)
    e)      Membagi jenis kata menjadi 4 yaitu : kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan athoron     
            (kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah).
Pada kalimat , “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”,  secara logika, kalimat , “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”   sudah dapat dipahami. Kemudian secara tata bahasa kalimat ini sudah dapat dikatakan lengkap karena ada subjek dan predikatnya.  Jika dilihat dari 3 komponen dalam studi bahasa, kalimat , “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”   juga dapat dibedakan melalui tanda, sesudah tanda makna juga perlu untuk pemahaman. Maknanya, sebagai pernyataan dan sekaligus mengingatkan. Sedangkan  komponen yang juga penting adalah hal yang diluar bahasa. , kalimat “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”  perlu disesuaikan dengan situasi. Kemudian mereka Membagi jenis kata menjadi 4 yaitu : kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan athoron. Namun Kalimat ini berisikan kata benda, kata kerja, syndesmoi dan athoron. Andris sering kali melupakan Shalat lima waktu masing-masingnya merupakan kata benda.
        Menurut Plato  ada kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesmoi. Yang dimaksud dengan syndesmoi adalah kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Maka kalimat “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”  ,“Ruang kelas ini sangat dingin”, “Mereka bilang Beti sangat cantik”, “Ari sedang miinum kopi di kantin”  berhubungan dengan sintaksis yang di dalamnya terdapat subjek , predikat .Jadi, syndesmoi itu sama dengan kelas preposisi dan konjugasi yang kita kenal sekarang. Di Kantin pada kalimat “Ari sedang miinum kopi di kantin”    tergolong kelas preposisi dalam analisis aliran tradisional pluto. Pada kalimat “Bapak tilem, kula sirem” jika ditambahkan konjungsi maka diangap lengkap dalam kalimat sesuai aliran plato.
              Varro dan “De Lingua Latina”. Buku ini membahas etimologi (cabang linguistik yang menyelidiki asal usul kata beserta artinya), dan morfologi (cabang linguistik yang mempelajari kata beserta pembentukkannya). Ia membagi kelas kata latin menjadi 4 bagian yaitu kata benda, kata kerja, partisipel, adverbium. Menurutnya, kasus dalam bahasa latin ada 6: nominativius (bentuk primer), genetivius (menyatakan kepunyaan), dativius (menyatakan menerima), akusativius (bentuk objek), vokativius (bentuk sapaan), ablativius (menyatakan asal). Varro juga membedakan deklinasi (perubahan bentuk kata yang berkenaan dengan kategori, kasus, jumlah dan jenis) menjadi deklinasi naturalis (bersifat reguler) dan voluntaris (bersifat ireguler). Maka kalimat “ Andris sering kali melupakan sholat lima waktu” dikaji dengan aspek morfologi termasuk dalam adverbium yakni andris merupakan subjek pendukung dalam kalimat utama. “Ruang kelas ini sangat dingin” termasuk dalam kajian morfologi karena kalimat tersebut menyatakan sifat “dingin” “Mereka berpendapat bahwa Beti sangat cantik” termasuk dalam adverbium karena kata “mereka” dalam kalimat mempunyai arti mendukung keberadaan subjek bahwa ia cantik “Bapak tilem kula siram” termasuk dalam kajian etimologi karena dalam kalimat tersebut meyelidiki asal usul kata beserta artinya, dan perubahan bunyi seperti yang di sebutkan yakni tilem yang berarti tidur, kulo yang berarti saya, dan siram yang berarti mandi “Ari sedang minum kopi di kantin” termasuk dalam kajian morfologi yakni kata kerja dan adverbium karena kalimat tersebut menyatakan subjek tersebut melalukan aktitifitas, dan adverbium karena anggota bawah (subjek) merupakan pendukung aktifitas.
Institutiones Grammaticae (tata bahasa priscia). Buku ini menjadi dasar tata bahasa latin dan filsafat pada zaman pertengahan serta membahas Fonologi (mengkaji bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan), morfologi dan sintaksis (tata susun kata yang selaras dan menunjukan kalimat itu selesai) . Bunyi dibedakan menjadi 4 macam yaitu : vox artikulata (bunyi yang ducapkan untuk membedakan makna), vox martikulata (bunyi yang tidak diucapkan untuk menunjukan makna), vox litterata (bunyi yang dapat dituliskan) dan vox iletterata (bunyi yang tidak dapat dituliskan). Serta ada 8 jenis kata yaitu : nomen (kata benda), verbum (kata kerja), participium, pronomen (kata pengganti), adverbium (atribut verbum), praepositio (preposisi), interjectio (menyatakan perasaan), conjuctio (kata hubung). . 1. Andris sering kali melupakan sholat lima waktu 2. Ruang kelas ini sangat dingin 3. Mereka berpendapat bahwa Beti sangat cantik 4. Bapak tilem kula siram 5. Ari sedang minum kopi di kantin Dari kelima kalimat tersebut termasuk dalam “Sintaksis”, karena kelima kalimat tersebut membicarakan tata susun kata yang berseleras dan menunjukan kalimat itu selesai.

E.     a. Simpulan
Dari hasil analisis sejarah linguistik tradisional dapat disimpulkan bahwa:
a.       Linguistik tradisional dimulai dari zaman Yunani. Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada tulisan.
b.      Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa latin.
c.       Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara perspektif, yakni benar atau salah.
d.      Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika. Penemuan-penemuan terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.(perhatikan kepaduan dengan pernyataan sebelumnya, analisis)
b.Saran
Mengetahui sejarah tradisional sangat penting sebagai tolak ukur pemahaman selanjutnya sejarah linguistik. Dengan demikian, saran penelitian ini adalah perlu mencari tau lagi sejarah-sejarah yang belum terjamah atau belum dimasukan sebagai lanjutan sejarah linguistik.

Daftar pustaka


 Robins. 1995. Sejarah Singkat Linguistik Edisi Ketiga. Bandung :Penerbit ITB.

1 komentar:

Kelompok Biru

Draf 1 (presentasi 3 Desember 2013)

SEJARAH LINGUISTIK TRADISIONAL
Chrissanty Hiariej, Fenda, Ahmad Rifa’i, Andris


Abstrak

Ilmu-ilmu manusia, yang mencakup linguistik, muncul dari perkembangan kesadaran diri manusia. Namun pada waktu yang sama ilmu-ilmu ini, atau lebih tepat lagi praktisi-praktisinya menjadi sadar akan dirinya sendiri dengan  apa yang sedang mereka lakukan dan apa yang mereka telah lakukan. Bila kesadaran ilmu secara ilmiah ini mencakup minat terhadap asal mula dan perkembangan lampau suatu ilmu, kita akan melihat kelahiran disiplin khas yang dikenal sebagai sejarah ilmu. Ilmu linguistik dewasa ini, seperti bagian-bagian lain dari pengetahuan dan pembelajaran manusia, dan seperti semua aspek budaya manusia, adalah produk dari masa lalunya dan matriks dari masa depannya. Dalam sejarah ilmu linguistik, golongan pertama yang bergiat dalam bidang pengkajian bahasa ialah orang-orang Yunani. Pada zaman Yunani kunolah linguistik teoritik memiliki asal Eropanya, sebagian karena persyaratan-persyaratan praktis; namun dari zaman itu pulalah kita memiliki catatan-catatan pertama mengenai perkiraan-perkiraan linguistik, namun jauh melampaui perkiraan-perkiraan itu, kita memiliki linguistik rakyat dan penerapan-penerapan praktis. Dalam perkembangan sejarahnya ia telah berhubungan dengan kontribusi-kontribusi utama kelompok pakar-pakar linguistik  yang memulai  pekerjaan di luar tradisi Eropa dan mengembangkan wawasan mereka sendiri-sediri terlepas dari tradisi tersebut. Orang Yunanilah yang mula-mula mengatakan bahasa ialah satu alat perhubungan yang sistematik. Awal zaman klasik pada abad ke-6 dan ke-5 SM, bangsa Yunani telah bermukim selama abad-abad di daerah daratan Yunani yang layak huni, daerah-daerah pantai barat Asia kecil, kepulauan Aega, pantai timur Sisilia, dan beberapa daerah di Italia selatan dan di tempat-tempat lain. Kehidupan intelektual Eropa secara keseluruhan, pemikiran filsafat, moral, politik, estetikanya memiliki akarnya dalam karya pemikir-pemikir Yunani (Robins,1995:15).
Dalam penulisan ini akan dibahas lebih dalam mengenai sejarah linguistik tradisional dengan tujuan untuk mendeskripsikan sejarah linguistik tradisional yang mencakup tokoh, aliran, ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan linguistik tradisional serta analisis dari kalimat berdasarkan pemahaman aliran tradisional. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi yang diperoleh dari beberapa referensi tentang sejarah linguistik tradisional. Dari penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis, yaitu untuk pengembangan ilmu linguistik pada umumnya, dan sejarah linguistik pada khususnya. Selain itu diharapkan bermanfaat secara praktis untuk mahasiswa sebagai pengembangan pengetahuan tentang sejarah linguistik tradisional. (kurang hasil, satu spasi unk abstrak)
Kata kunci : linguistik tradisional, tokoh-tokoh aliran, analisis aliran.
A.    Pendahuluan
Perubahan dan perkembangan dalam suatu ilmu ditentukan oleh sejumlah penyebab. Setiap ilmu berkembang dari masa lalunya, dan keadaan yang dicapai pada generasi sebelumnya merupakan titik untuk memulai perkembangan yang akan datang. Akan tetapi tak ada ilmu yang dikembangkan dalam suatu ruang hampa, tanpa rujukan pada hubungan dengan ilmu-ilmu lain dan suasana umum di mana upaya belajar apa pun didorong atau dibiarkan dalam suatu budaya. Disamping masa lalunya, arah perkembangan suatu ilmu juga dipengaruhi oleh konteks social dunia kontemporernya dan premis-premis intelektual yang dominan di dalamnya. Minat terhadap bahasa dan masalah-masalah linguistik  praktis secara terpisah mengarah ke ilmu linguistik yang lebih dari satu pusat peradaban. Masing-masing memiliki keunggulan dan pencapaiannya sendiri, dan dalam gerak perkembangaan sejarah masing-masing telah menyentuh tradisi linguistik Eropa dan memberi sumbangan kepada tradisi tersebut. Akan tetapi karena dalam zaman ini ilmu Eropa telah menjadi ilmu dunia, dan linguistik bukan merupakan pengecualian dalam hal ini, kita dapat  menelusuri sejumlah besar aliran kajian linguistic yang mengalir dalam tradisi Eropa dan menjadi bagian dari tradisi itu pada zaman yang berbeda-beda, sehingga membentuk ilmu linguistic sebagaimana yang dikenal dunia sekarang ini. Salah satunya adalah linguistic tradisional.
Pada zaman Yunani, antara sarjana yang memainkan peranan penting dalam mengkaji ilmu linguistik ini ialah Plato, Aristoteles, dan Thrax. Mereka ini telah lama mengkaji ilmu falsafah secara keseluruhannya. Abdullah Hassan (1978:4-5) menjelaskan bahawa oleh sebab orang Yunani itu lebih mementingkan falsafah, maka mereka lebih suka mengkaji apa yang dianggap sebagai etimologi yaitu pengkajian tentang bagaimana kata-kata terbentuk. Perbincangan ini mewujudkan dua pendapat yang mengatakan sama ada perkataan-perkataan terbentuk dengan cara semula jadi ataupun dibentuk oleh manusia melalui kebudayaan.
Plato (427-347) merupakan ahli falsafat pertama yang mengenal pasti dan menyelidik bahasa sebagai suatu masalah dan persoalan melalui karyanya yang berbentuk dialog, yaitu Cratylus. Dialog Cratylus telah mencetuskan kontroversi berabad-abad lamanya, iaitu antara kumpulan analogis dan naturalis yang disebut PHUSEI yang mempercayai bahawa bahasa berada di luar pengaruh manusia, yaitu ciptaan Tuhan, bersifat semula jadi (alamiah), natural (nalar) dan logik (logis) dengan kumpulan anomalis atau Konvensenis yang disebut THESEI pula berpegang kepada kepercayaan bahawa bahasa bukan natural (nalar) sepenuhnya tetapi wujud secara konvensyen.
Plato telah menimbulkan persoalan adakah ketepatan sesuatu nama berasaskan tabii dan realiti atau konvensyen, yaitu berdasarkan persetujuan masyarakat. Beliau juga menyelidik tentang logos (ayat) yang berupa rentetan kata yang membedakan antara onoma (kata nama) dengan Rhema (kata kerja). Plato telah meletakkan fungsi kata nama sebagai subjek kepada predikat dan kata kerja sebagai penerangan kepada perbuatan. Bagi Plato kesimbolikan memang wujud. Contoh yang diberi ialah bunyi [ r ] menunjukkan gerak, manakala bunyi [ l ] menunjukkan kehalusan dan kelancaran.
Ilmu linguistik terus berkembang pada zaman Aristoteles tahun 384 – 322 sebelum masehi dengan menambah satu lagi pembahagian pada Pluto, yaitu Syndesmoi (kata hubung). Beliau mengembangkan dan memperdalam pemikiran tentang falsafah bahasa yang diasaskan oleh Plato. Aristoteles merupakan sarjana yang mula-mula mengakui tentang adanya sistem kata atau tense dalam bahasa Yunani. Gagasan lain yang dikembangkan oleh Aristoteles ialah fungsi bahasa sebagai alat, khususnya untuk retorik dan puisi. Beliau menganggap bahawa bahasa itu sebagai suatu juzuk dunia, tetap dan dapat diperoleh dalam tulisan yang menjadi subjek tatabahasa dan sebagai cara menunjukkan apa-apa saja yang ada di dunia yang menjadi subjek logika.
Seterusnya diteruskan oleh tokoh yang bernama Dionysius Thrax. Beliau tinggal di Alexandria. Beliau menjalankan kajian berdasarkan kepada bahasa yang betul seperti yang digunakan oleh pemuisi Homer dalam puisinya. Beliau mengajar di Rhodes dan Rom. Sepanjang kerjanya mengajar, beliau menghasilkan buku tata bahasa Yunani yaitu Techne Grammatike. Buku ini menjadi buku tata bahasa pegangan untuk bahasa Yunani hingga sekarang. Asas-asas tata bahasa inilah yang menjadi asas penulisan buku-buku tata  bahasa bahasa-bahasa Eropah pada hari ini. Dalam buku tatabahasanya, beliau menggolongkan kata kepada lapan jenis iaitu kata nama, ganti nama, kata kerja, kata adjektif, kata adverba, kata sendi, kata partikel dan kata seru. (kutipannya belum. Dari buku)
Falsafat Bahasa merupakan satu teras  bermulanya satu falsafat yang menjadi pegangan dan kekuatan masyarakat ketika itu. Antara perkara yang disentuh oleh mereka ialah hal-hal mengenai asal-usul perkataan,keterangan-keterangan mengenai gejala bahasa dan uraian-uraian mengenai bunyi-bunyi bahasa yang berlandaskan kepada bahasa bertulis. Dalam pengkajian tentang bunyi,orang-orang Yunani tidak menggunakan mana-mana dialek yang dituturkan. Namun, selain tentang asal-usul perkataan, antara aspek yang dibincangkan dengan hebatnya pada ketika itu ialah konsep semula jadi dan kebiasaan terhadap gejala bahasa dan hubungan antara perkataan dengan makna.
Dengan demikian pelopor aliran tradisionalisme adalah Plato dan Aristoteles. Tokoh-tokoh yang menganut aliran ini antara lain; Dyonisisus Thrax, Zandvoort, C.A. Mees, van Ophuysen, RO Winstedt, Raja Ali Haji, St. Moh. Zain, St. Takdir Alisyahbana, Madong Lubis, Poedjawijatna, Tardjan hadidjaja.

1)      Munculnya Teori Linguistik Aliran Tradisional
Sejarah linguistik dimulai dari adanya aliran linguistik tradisional. Aliran ini merupakan sekumpulan penjelasan dan aturan gramatik yang dipakai kurang lebih selama dua ratus tahun yang lalu. Istilah tradisional dalam linguistik sering dipertentangkan dengan istilah struktural. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural menganalisis bahasa berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam bahasa.
Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian. Sedangkan tata bahasa struktural menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat berdistribusi dengan frase “dengan . . . .” Berikut ini akan dijelaskan bagaimana terbentuknya tata bahasa tradisional dari zaman ke zaman, mulai zaman Yunani sampai masa menjelang munculnya linguistik modern di sekitar akhir abad ke-19:

a.      Linguistik Zaman Yunani (Abad ke 5 SM - 2 SM)
Studi bahasa pada zaman yunani mempunyai sejarah yang sangat panjang, yaitu dari lebih kurang abad ke-5 SM sampai lebih kurang abad ke-2 M. Jadi, kurang lebih sekitar 600 tahun. Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan para linguis pada waktu itu adalah adanya pertentangan antara fisis dan nomos serta adanya pertentangan antara analogi dan anomali. Pertentangan yang bersifat fisis menjelaskan bahwa bahasa itu memiliki hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar manusia itu sendiri, sedangkan nomos yang berarti konvesional menjelaskan bahwa makna-makna itu diperoleh dari hasil-hasil tradisi atau kebiasaan. Kaum analogi (Plato dan Aristoteles) berpendapat bahwa bahasa lebih bersifat teratur, analogi sejalan dengan kaum naturalis, sedangkan anomaly berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur. Kaum anomali sejalan dengan kaum konvensional.
Adapun beberapa kaum atau tokoh yang mempuyai peranan besar dalam studi pada zaman yunani, yakni:

1)      Kaum Sophis (Abad ke 5 SM)
a.   Fisis itu maksudnya bahasa mempunyai asal usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti diluar manusia itu sendiri. Oleh karena itu tidak dapat ditolak. Kelompok yang menganut paham ini yaitu kaum naturalis. Nomos (konvensional) maksudnya makna-makna kata diperoleh dari hasil tradisi atau kebiasaan. Kelompok yang menganut paham ini yaitu kaum konvensional.
b.   Analogi itu maksudnya bahasa bersifat teratur. Tokoh pada kaum analogi adalah Plato dan Aristoteles. Anomali maksudnya bahasa itu bersifat tidak teratur. Kaum anomaly sejalan dengan kaum naturalis, kaum analogi sejalan dengan kaum konversional
*      c. Kaum Shopis (muncul pada abad ke-5 SM)
Studi yang terkenal antara lain: Kaum ini muncul pada abad ke-5 SM. Mereka dikenal dalam studi bahasa antara lain, karena;
1.   Mereka melakukan kerja secara empiris
2.   Mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran tertentu.
3.   Mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa.
4.   Mereka membedakan tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.
Salah satu tokohnya adalah Protogoras yang membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat Tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan dan Georgias yang membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal sekarang.

2)      Plato (Abad ke 429 SM - 347 SM)
Studi bahasa yang terkenal antara lain : memperdebatkan analogi dan anomaly juga dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan rhema. Onoma (bentuk tunggalnya onomata) dapat berarti : nama, (dalam bahasa sehari-hari),  nominal(dalam istilah tata bahasa), subjek. Plato yang hidup sebelum abad masehi itu, dalam studi bahasa terkenal antara lain karena:
1.  Dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya Dialoog. Juga   mengemukakan masalah bahasa ilmiah dan bahasa konvensional.
2.  Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira; bahasa adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantaraan onomata rhemata.
3.  Dialah orang yang pertama kali membedakan kata dan rhema.
  Yang dimaksud dengan Onoma adalah nama, dalam bahasa sehari-hari. Sedangkan Rhema adalah ucapan, dalam bahasa sehari-hari. Keduanya merupakan anggota dari Logos, yaitu kalimat atau klausa. Rhema (bentuk tunggalnya rhemata) dapat berarti : ucapan, verba ataupun predikat.

3)      Aristoteles (Abad ke 384 SM - 322 SM)
Studi bahasanya yang terkenal antara lain : menambahkan satu kelas kata yaitu syndesmoi atas pembagian yang dibuat Plato. Syndesmoi adalah kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis (kurang lebih sama dengan preposisi dan konjungsi). Aristoteles juga membedakan jenis kelamin kata menjadi 3 yaitu : maskulin, feminim dan neutrum.

4)      Kaum Stoik (Abad ke 384 SM - 322 SM)
                  Studi bahasanya antara lain :
   a)    membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa,
   b)    menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa
  c)    membedakan 3 komponen utama dalam studi bahasa yaitu (a) tanda (semainon) (b) makna (semainomen atau lekton) (c) hal yang diluar bahasa (benda atau situasi).
d).  membedakan legein (bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak  bermakna) dan propheretal (bunyi bahasa yang mengandung makna)
    e)    membagi jenis kata menjadi 4 yaitu : kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan athoron   (kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah).
          Dia adalah salah satu murid Plato. Dalam studi bahasa dia terkenal karena:Dia menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang di buat gurunya, Plato, yaitu syndesmoi. Jadi menurutnya ada kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesmoi. Yang dimaksud dengan syndesmoi adalah kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Jadi, syndesmoi itu sama dengan kelas preposisi dan konjugasi yang kita kenal sekarang.Dia membedakan jenis kelamin kata (gender) menjadi tiga, yaitu, maskulin feminin, dan neutrum. Hal yang perlu diketahui adalah bahwa Aristoteles selalu bertolak dari logika. Dia  memberikan pengertian, definisi, konsep, makna, selalu berdasarkan logika. Dari uraian di atas tampak bahwa yang telah dihasilkan oleh kaum Stoik lebih jauh daripada yang dihasilkan oleh atau pada masa Aristoteles.


5)      Kaum Alexandrian
Mereka menganut paham anologi dan mewarisi buku Tata Bahasa Dionysius Tharax (lahir sekitar tahun 100 SM). Diterjemahkan oleh Remius Palaemon pada abad 1 M dengan judul Ars Grammatika dan menjadi cikal bakal tata bahasa tradisional.
H. Di India pada tahun 400 SM ada seorang sarjana Hindu bernama Panini yang menyusun sekitar 400 pemerian tentang struktur tata bahasa sansakerta . Leonard Bloomfield (1887-1949) menyebut Panini sebagai one of the greatest monuments of the human intelligence karena buku astdhyasi bukunya itu merupakan deskripsi lengkap dari bahasa sansakerta yang pertama kali ada.
Sejaman dengan sarjana- sarjana Yunani di atas, di India pada tahun 400 SM. Panini, seorang sarjana hindu, telah menyusun kurang lebih 4000 pemerian tentang struktur bahasa sansekerta dengan prinsip-prinsip dan gagasan yang masih dipakai dalam linguistik modern. Leonard Bloomfield (1887 - 1949), seorang tokoh linguis struktural Amerika, menyebut Panini sebagai one of the greatest monuments of human intelligence karena buku tata bahasa Panini, yaitu Astdhyasi merupakan deskripsi lengkap dari bahasa sansekerta yang pertama kali ada.

6)      Linguistik Zaman Romawi        
Varro dan “De Lingua Latina”. Buku ini membahas etimologi (cabang linguistik yang menyelidiki asal usul kata beserta artinya), dan morfologi (cabang linguistik yang mempelajari kata beserta pembentukkannya). Ia membagi kelas kata latin menjadi 4 bagian yaitu kata benda, kata kerja, partisipel, adverbium. Menurutnya, kasus dalam bahasa latin ada 6: nominativius (bentuk primer), genetivius (menyatakan kepunyaan), dativius (menyatakan menerima), akusativius (bentuk objek), vokativius (bentuk sapaan), ablativius (menyatakan asal). Varro juga membedakan deklinasi (perubahan bentuk kata yang berkenaan dengan kategori, kasus, jumlah dan jenis) menjadi deklinasi naturalis (bersifat reguler) dan voluntaris (bersifat ireguler).
      Institutiones Grammaticae (tata bahasa priscia). Buku ini menjadi dasar tata bahasa latin dan filsafat pada zaman pertengahan serta membahas Fonologi (mengkaji bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan), morfologi dan sintaksis (tata susun kata yang selaras dan menunjukan kalimat itu selesai) . Bunyi dibedakan menjadi 4 macam yaitu : vox artikulata (bunyi yang ducapkan untuk membedakan makna), vox martikulata (bunyi yang tidak diucapkan untuk menunjukan makna), vox litterata (bunyi yang dapat dituliskan) dan vox iletterata (bunyi yang tidak dapat dituliskan). Serta ada 8 jenis kata yaitu : nomen (kata benda), verbum (kata kerja), participium, pronomen (kata pengganti), adverbium (atribut verbum), praepositio (preposisi), interjectio (menyatakan perasaan), conjuctio (kata hubung).
      Varro adalah tokoh pada zaman Romawi kuno. Karyanya adalah De Lingua Latina  dan Priscia dengan karyanya Institutiones Grammaticae.Dalam bukunya De Lingua, Varro masih juga memperdebatkan masalah anomali dan analogi seperti zaman Stoik di Yunani. Buku ini di bagi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi, dan sintaksis. Apa yang dibicarakan dalam bukunya itu mengenai bidang-bidang tersebut dibicarakan secara sangat singkat.
   a. Etimologi, adalah cabang ilmu linguistik yang menyelidiki asal usul kata    beserta  artinya.
Dalam bidang ini Varro mencatat adanya perubahan bunyi yang terjadi dari zaman ke , dan perubahan makna kata. Kelemahan Varro dalam bidang ini adalah dia menganggap kata-kata Latin dan Yunani yang berbentuk sama adalah pinjaman langsung. Padahal banyak dari kata Latin dan Yunaniyang harus direkonstruksikan kembali kepada satu bahasa purba atau bahasa proto yang lebih tua.
            b. Morfologi, adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan kata dan pembentukannya.
Menurut Varro, kata adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dipisahkan lagi,dan merupakan bentuk minimum. Menurut Varro, dalam bahasa latin ada kata-kata yang terjadi decara analogi, dan ada juga yang terjadi secara anomali.
c.    Sintaksis, bidang inimembicarakan hal yang disebut oratio, yaitu tata susun kata yang berselaras dan menunjukan kalimat itu selesai.

3)      Zaman Pertengahan.
   Studi bahasanya mendapat perhatian penuh dari kaum skolastik. Tokoh yang terkenal pada zaman ini adalah Petrus Hispanius. Ia memiliki peran penting dalam bidang linguistic diantaranya : membedakan nomen menjadi 2 yaitu nomen substantivum dan adjectivum juga membedakan partes orationes atas categorematik (semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat) dan syntategorematik (semua bentuk tutur lainnya).


     4)      Zaman Renaisans (zaman pembukaan abad pemikiran modern).
        Terdapat 2 hal yang menonjol : (1) sarjananya menguasai bahasa Latin, Yunani, Ibrani   
        dan Arab (2) bahasa Eropa juga mendapat perhatian dalam pembahasan tata bahasa.
5)      Menjelang lahirnya linguistic modern. Merupakan tonggak penting dalam studi bahasa

7)      Institutiones Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia
  Institutiones Grammaticae atau Tata Bahasa Priscia adalah buku yang sangat penting karena membahas masalah tentang:
·         Buku tata bahasa latin yang paling lengkap yang dituntukan oleh  pembicarakan aslinya.
·         Teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama pembicaran bahasa secara tradisonal.
Berapa segi yang dibicarakan dalam buku ini:
a.       Fonologi, dalam bidang ini pertama-tama dibicarakan tulisan atau huruf yang disebut “litterae”.Litterae adalah bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan.nama huruf-huruf itu disebut figuerae, sedangkan nilai bunyi itu disebut potestas.
b.      Morfologi, dalam bidang ini dibicarakan mengenai dictio atau kata. Kata adalah bagian yang minimum dari sebuah ujaran dan harus diartikan terpisah dalam makna sebagai satu-kesatuan.
c.       Sintaksis, membicarakan tata susun kata yang berseleras dan menunjukan kalimat itu selesai.

8)      Linguistik Zaman Pertengahan
Studi bahasa pada zaman ini di Eropa mendapat perhatian penuh, terutama oleh para filsuf skolastik, dan bahasa latin menjadi lingua franca, karena dipakai sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Yang patut dibicarakan dalam studi bahasa pada zaman ini antara lain adalah peranan Kaum Modistae, Tata Bahasa Skulativa, dan Petrus Hispamus.
a.  Kaum Modistae masih membicarakan pertentengan antara fisis dan nomos, analogi dan anomali. Kaum ini menerima konsep analogi karena menurut merekabahasa itu bersifat reguler dan universal. Mereka juga memperhatikan aspek semantiksebagai dasar penyebutan definisi-definisi bentuk bahasa, mereka juga mencari sumber makna. Maka, berkembanglah bidang etimologi pada zaman ini.
b. Tata Bahasa SpekulativaI, merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa latin kedalam filsafat skolastik. Menurut Tata Bahasa Spekulativa, kata tidak secara langsung mewakili alam dari segala benda yang ditunjuk. Kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam pelbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas
c. Petrus Hispanus. Beliau pernah menjadi Paus pada tahun 1276 - 1277, dengan gelar Paus Johannes XXI. Bukunya berjudul Summulae Logicales. Peranannya dalam bidang linguistik adalah:
1.   Dia telah memasukan psikologi dalam analisis makna bahasa. Dia juga membedakan antara signifikasi utama dan konsignifikasi, yaitu pembedaan pengertian yang dikandung pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan.
2.   Dia telah membedakan nomen atas dua macam, yaitu nomen Substantivum dan Adjectivum
3.  Dia juga telah membedakan Partes Orationes atas categorematic dan Syntategorematic. Categorematic adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat. Sedangkan Syntategorematic adalah semua bentuk tutur lainnya.

  1. Ciri-ciri Aliran Tradisional
Tata bahasa tradisional menurut Chaer (2003: 333)  menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik. Dalam merumuskan kata kerja, misalnya, tata bahasa mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan atau kejadian. (Lihat tata bahasanya, seharusnya berdasark…. Maka ciri-ciri………….
Ciri-ciri aliran tradisional menurut Soeparno (2002: 44) adalah sebagai berikut.
1.      Bertolak dari landasan pola pikir filsafat
2.      Pemerian bahasa secara historis
3.      Bertolak dari Pola Pikir secara Filosofis.
Ada dua hal yang menjadi bukti bahwa aliran Tradisional menggunakan landasan/pola pikir filsafat ialah banyaknya pembagian jenis kata yang bersumber dari onoma-rhema produk Plato dan onoma-rhema-syndesmos produk Aristoteles; dan penggunaan istilah subjek dan predikat yang sampai saat ini menjadi materi utama dalam pembelajaran bahasa di sekolah.
      4.      Tidak Membedakan Bahasa dan Tulisan.
Teori ini mencampuradukkan pengertian bahasa (dalam arti yang sebenarnya) dan tulisan (perwujudan bahasa dengan media huruf). Dengan demikian, secara otomatis juga mencampuradukkan pengertian bunyi dan huruf. Sebagai bukti seorang ahli bahasa mencampuradukkan pengertian tersebut dapat dibaca pada kutipan “Antara vocal-vokal itu, huruf a adalah yang membentuk lubang mulut yang besar, i yang kecil, e biasanya terbentuk di dalam mulut sebelah muka, dan o di belakang sebelah ke dalam” (Mees dalam Soeparno, 2002: 44)
      5.      Senang Bermain dengan Definisi.
Ciri ini merupakan pengaruh dari cara berpikir secara deduktif. Semua istilah diberi definisi terlebih dahulu kemudian diberi contoh, yang kadang-kadang hanya ala kadarnya. Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan. Yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghapal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
   6.      Pemakaian Bahasa Berkiblat pada Pola/Kaidah.
Ketaatan pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional mengambil alih pola-pola bahasa latin untuk diterapkan pada bahasa mereka sendiri. Kaidah bahasa yang telah mereka susun dalam suatu bentuk buku tata bahasa harus benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap pelanggaran kaidah dinyatakan sebagai bahasa yang salah atau tercela. Pengajaran bahasa di sekolah mengajarkan bahasa persis yang tercantum di dalam buku tata bahasa. Praktik semacam itu mengakibatkan siswa pandai dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir berbicara atau berbahasa di dalam kehidupan masyarakat. Tata bahasa yang mereka pakai itu biasa disebut tata bahasa normative dan tata bahasa preskriptif.
   7.      Level-level Gramatik Belum Ditata Secara Rapi.
Level (tataran) yang terendah menurut teori ini adalah huruf. Level di atas huruf adalah kata, sedangkan level yang tertinggi adalah kalimat. Menurut teori ini, huruf didefinisikan sebagai unsure bahasa yang terkecil, kata didefinisikan sebagai kumpulan dari huruf yang mengandung arti, sedangkan kalimat didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung arti lengkap. 
  8.      Tata Bahasa Didominasi oleh Jenis Kata (Part of Speech)
Ciri ini merupakan ciri yang paling menonjol di antara ciri-ciri yang lain. Hal ini dapat dimengerti Karena masalah penjenisan kata merupakan aspek linguistik yang paling tua dalam sejarah kajian linguistik.a



C.    Keunggulan dan Kelemahan Aliran Tradisional
(Bersarkan ciri2 yang ada dan pandangan maka keunggulan………kutipan, bisa juga pendapat lain dr pandangan sendiri, bisa juga setuju, komentar sendiri, analisis kalimat, dasarnya dari atas, bias juga buat bagannya, klasifikasikan, konsisten dengan istilah, karena ini ciri dari aliran ).
 1.  Keunggulan
a.   Teori tradisional lebih tahan lama karena pola pikir aliran ini bertolak dari pola pikir filsafat.
b.   Aliran ini berkiblat pada bahasa tulis baku, maka keteraturan penggunaan bahasa bagi para penganutnya amat dibangggakan.
c.    Aliran tradisional mampu menghasilkan generasi yang mempunyai kepandaian dalam menghafal istilah karena salah satu ciri aliran ini senang bermain dengan definisi.
d.    Aliran tradisional menjadikan penganutnya memiliki pengetahuan tata bahasa yang cukup tinggi karena pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah.
e.    Aliran ini telah memberikan kontribusi besar terhadap penegakan prinsip: “yang benar adalah benar walaupun tidaka umum, dan yang salah adalah salah walaupun abanyak pengikutnya”.

2.      Kelemahan
a.   Teori tradisional belum bisa membedakan bahasa dan tulisan sehingga pengertian antara bahasa dan tulisan masih kacau.
b.   Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan, yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara filosofis.
c.   Pemakaian bahasa berkiblat pada pola atau kaidah sehingga siswa pandai dan hafal teori-teori bahasa akan tetapi tidak mahir sama sekali berbicara atau berbahasa didalam kehidupan masyarakat.
d.   Level-level gramatikalnya belum rapi hanya tiga level yang secara pasti ditegakkan, yakni huruf, kata, dan kalimat.
e.   Pemerian bahasa menggunakan pola bahasa latin yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia.
f.   Pemerian bahasa berdasarkan bahasa tulis baku padahal bahasa tulis baku hanya merupakan sebagian dari ragam bahasa yang ada.
g.   Permasalahan tata bahasa masih banyak didominasi oleh permasalahan jenis kata (part of speech), sehingga ruang lingkup permasalahan masih sangat sempit.
h.  Objek kajian hanya sampai dengan level kalimat, sehingga tidak memungkinkan menyentuh aspek komunikatif.

D.Analisis kalimat dengan aliran tradisional
 Pada kaum Shopis,  Mereka sangat mementingkan bidang retorika dalam studi bahasa.  Protogoras yang membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat Tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan dan Georgias yang membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal sekarang. Mereka membedakan tipe kalimat berdasarkan isi dan makna. Pada kalimat pertama “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu” pada linguistik tradisional, kalimat ini dapat digolongkan sebagai sebuah kalimat narasi.
Plato, membedakan Onoma dan rhema.Yang dimaksud dengan Onoma adalah nama, dalam bahasa sehari-hari. Sedangkan Rhema adalah ucapan, dalam bahasa sehari-hari. Keduanya merupakan anggota dari Logos, yaitu kalimat atau klausa.  Jadi kalimat ini juga merupakan Rhema. Jadi, “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”  merupakan Rhema (bentuk tunggalnya rhemata) dapat berarti : ucapan, verba ataupun predikat. Dengan demikian dari bahasa sehari-hari bentuk ini sudah diterapkan. Sampai kalimat ini dapat dipahami, Rhema atau ucapan memegang kendali dalam kalimat atau klausa. Kalimat ini juga terdapat predikat yaitu pada kata melupakan.
                   Kaum Stoik (awal abad ke-4 SM)Studi bahasanya antara lain :
    a)   Membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa,
    b)   Menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa
  c)   Membedakan 3 komponen utama dalam studi bahasa yaitu (a) tanda (semainon) (b)       makna (semainomen atau lekton) (c) hal yang diluar bahasa (benda atau situasi).
d).   Membedakan legein (bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna) dan propheretal (bunyi bahasa yang mengandung makna)
    e)      Membagi jenis kata menjadi 4 yaitu : kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan athoron     
            (kata yang menyatakan jenis kelamin dan jumlah).
Pada kalimat , “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”,  secara logika, kalimat , “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”   sudah dapat dipahami. Kemudian secara tata bahasa kalimat ini sudah dapat dikatakan lengkap karena ada subjek dan predikatnya.  Jika dilihat dari 3 komponen dalam studi bahasa, kalimat , “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”   juga dapat dibedakan melalui tanda, sesudah tanda makna juga perlu untuk pemahaman. Maknanya, sebagai pernyataan dan sekaligus mengingatkan. Sedangkan  komponen yang juga penting adalah hal yang diluar bahasa. , kalimat “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”  perlu disesuaikan dengan situasi. Kemudian mereka Membagi jenis kata menjadi 4 yaitu : kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan athoron. Namun Kalimat ini berisikan kata benda, kata kerja, syndesmoi dan athoron. Andris sering kali melupakan Shalat lima waktu masing-masingnya merupakan kata benda.
        Menurut Plato  ada kelas kata, yaitu onoma, rhema, dan syndesmoi. Yang dimaksud dengan syndesmoi adalah kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Maka kalimat “Andris sering kali melupakan shalat lima waktu”  ,“Ruang kelas ini sangat dingin”, “Mereka bilang Beti sangat cantik”, “Ari sedang miinum kopi di kantin”  berhubungan dengan sintaksis yang di dalamnya terdapat subjek , predikat .Jadi, syndesmoi itu sama dengan kelas preposisi dan konjugasi yang kita kenal sekarang. Di Kantin pada kalimat “Ari sedang miinum kopi di kantin”    tergolong kelas preposisi dalam analisis aliran tradisional pluto. Pada kalimat “Bapak tilem, kula sirem” jika ditambahkan konjungsi maka diangap lengkap dalam kalimat sesuai aliran plato.
              Varro dan “De Lingua Latina”. Buku ini membahas etimologi (cabang linguistik yang menyelidiki asal usul kata beserta artinya), dan morfologi (cabang linguistik yang mempelajari kata beserta pembentukkannya). Ia membagi kelas kata latin menjadi 4 bagian yaitu kata benda, kata kerja, partisipel, adverbium. Menurutnya, kasus dalam bahasa latin ada 6: nominativius (bentuk primer), genetivius (menyatakan kepunyaan), dativius (menyatakan menerima), akusativius (bentuk objek), vokativius (bentuk sapaan), ablativius (menyatakan asal). Varro juga membedakan deklinasi (perubahan bentuk kata yang berkenaan dengan kategori, kasus, jumlah dan jenis) menjadi deklinasi naturalis (bersifat reguler) dan voluntaris (bersifat ireguler). Maka kalimat “ Andris sering kali melupakan sholat lima waktu” dikaji dengan aspek morfologi termasuk dalam adverbium yakni andris merupakan subjek pendukung dalam kalimat utama. “Ruang kelas ini sangat dingin” termasuk dalam kajian morfologi karena kalimat tersebut menyatakan sifat “dingin” “Mereka berpendapat bahwa Beti sangat cantik” termasuk dalam adverbium karena kata “mereka” dalam kalimat mempunyai arti mendukung keberadaan subjek bahwa ia cantik “Bapak tilem kula siram” termasuk dalam kajian etimologi karena dalam kalimat tersebut meyelidiki asal usul kata beserta artinya, dan perubahan bunyi seperti yang di sebutkan yakni tilem yang berarti tidur, kulo yang berarti saya, dan siram yang berarti mandi “Ari sedang minum kopi di kantin” termasuk dalam kajian morfologi yakni kata kerja dan adverbium karena kalimat tersebut menyatakan subjek tersebut melalukan aktitifitas, dan adverbium karena anggota bawah (subjek) merupakan pendukung aktifitas.
Institutiones Grammaticae (tata bahasa priscia). Buku ini menjadi dasar tata bahasa latin dan filsafat pada zaman pertengahan serta membahas Fonologi (mengkaji bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan), morfologi dan sintaksis (tata susun kata yang selaras dan menunjukan kalimat itu selesai) . Bunyi dibedakan menjadi 4 macam yaitu : vox artikulata (bunyi yang ducapkan untuk membedakan makna), vox martikulata (bunyi yang tidak diucapkan untuk menunjukan makna), vox litterata (bunyi yang dapat dituliskan) dan vox iletterata (bunyi yang tidak dapat dituliskan). Serta ada 8 jenis kata yaitu : nomen (kata benda), verbum (kata kerja), participium, pronomen (kata pengganti), adverbium (atribut verbum), praepositio (preposisi), interjectio (menyatakan perasaan), conjuctio (kata hubung). . 1. Andris sering kali melupakan sholat lima waktu 2. Ruang kelas ini sangat dingin 3. Mereka berpendapat bahwa Beti sangat cantik 4. Bapak tilem kula siram 5. Ari sedang minum kopi di kantin Dari kelima kalimat tersebut termasuk dalam “Sintaksis”, karena kelima kalimat tersebut membicarakan tata susun kata yang berseleras dan menunjukan kalimat itu selesai.

E.     a. Simpulan
Dari hasil analisis sejarah linguistik tradisional dapat disimpulkan bahwa:
a.       Linguistik tradisional dimulai dari zaman Yunani. Pada tata bahasa tradisional ini tidak dikenal adanya perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, deskripsi bahasa hanya bertumpu pada tulisan.
b.      Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa lain, terutama bahasa latin.
c.       Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara perspektif, yakni benar atau salah.
d.      Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika. Penemuan-penemuan terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan.(perhatikan kepaduan dengan pernyataan sebelumnya, analisis)
b.Saran
Mengetahui sejarah tradisional sangat penting sebagai tolak ukur pemahaman selanjutnya sejarah linguistik. Dengan demikian, saran penelitian ini adalah perlu mencari tau lagi sejarah-sejarah yang belum terjamah atau belum dimasukan sebagai lanjutan sejarah linguistik.

Daftar pustaka


 Robins. 1995. Sejarah Singkat Linguistik Edisi Ketiga. Bandung :Penerbit ITB.