Draf 1
ALIRAN LINGUISTIK STRUKTURAL BLOOMFIELD
Pihan
Fatikhudin, Emi Puspita Sari, Massirojudin
Universitas Negeri Surabaya
Pascasarjana
Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia-Daerah
Abstrak
Semua aliran linguistik kontemporer pada dasarnya beraliran struktural.
Istilah struktural secara khusus ditujukan kepada kelompok di Amerika,
khususnya aliran Bloomfield dan pengikutnya sejak akhir tahun 1930-an. Dalam
makalah ini akan dibicarakan salah satu aliran linguistik yaitu Linguistik
Struktural Bloomfield. Bloomfield merupakan bapak linguistik karena
dia menjadikan linguistik sebagai ilmu yang otonom. Bloomfield terkenal karena
konsep linguistik strukturalnya.
Dalam
pandangan Bloomfield bahasa apapun mempunyai struktur yang berbeda dan khas.
Tujuan penyusunan makalah
ini adalah untuk mendeskripsikan sejarah dan ciri-ciri aliran Linguistik Struktural Bloomfield. Tujuan lain adalah untuk mendeskripsikan kelebihan
dan kelemahan aliran Linguistik Struktural Bloomfield. Metode yang digunakan dalam
makalah ini adalah metode kualitatif, dengan mendeskripsikan sejarah, kelebihan, dan kelemahan
aliran Linguistik Struktural Bloomfield. Hasil dari telaah aliran struktural Bloomfield antara lain 1)
telaah bahasa dilakukan secara sinkronis (temporary), 2) menganalisis
bahasa dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan sedikit semantik, 3)
analisis bahasa dilakukan berdasarkan gejala fisik atau empiris. Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan serta
wawasan pengetahuan di bidang linguistik, khususnya linguistik struktural
Bloomfield.
Kata-kata Kunci: Linguistik, Bloomfield,
Struktural.
Abstract
All stream of contemporary
linguistic wing basically structural. The term structural specifically
addressed to groups in America, particularly the flow of Bloomfield and his
followers since the late 1930s. This paper will discuss the linguistic flow is
one of the Structural Linguistics Bloomfield. Bloomfield is the father because
he makes linguistic linguistics as an autonomous science. Bloomfield best known
for the concept of structural linguistics . In view of Bloomfield any language
has a different structure and typical. The objective of this paper is to describe
the history and characteristics of the flow of Bloomfield Structural
Linguistics. Another objective was to describe the strengths and weaknesses of
Structural Linguistics flow Bloomfield. The method used in this paper is a
qualitative method, to describe the history, advantages, and drawbacks flow
Bloomfield Structural Linguistics. The results of the structural study of the
flow of Bloomfield, among others, 1) study conducted in synchronous languages
(temporary), 2) analyze the language in terms of phonology, morphology,
syntax, and semantics slightly, 3) language analysis performed by physical
symptoms or empirical. The paper is expected to contribute scientific knowledge
and insight in the field of linguistics , particularly structural linguistics
Bloomfield .
Key Words :
Linguistics, Bloomfield, Linguistics Structural.
A.
Pendahuluan
Sejarah linguistik yang sangat panjang telah melahirkan
berbagai aliran-aliran linguistik yang pada akhirnya memengaruhi pengajaran
bahasa. Masing-masing aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda
tentang bahasa sehingga melahirkan berbagai tata bahasa. Pada
permulaan abad XX, Ferdinand de Saussure muncul dengan pandangan-pandangan
barunya yang membahas bahasa secara sinkronik. Dia yang pertama membangun suatu
ilmu bahasa baru di Eropa yang dikenal dengan nama linguistik struktural.
Pengaruh
strukturalisme Eropa berimbas di Amerika. Perkembangan
linguistik struktural di Amerika dipelopori oleh Franz Boas, Edward Sapir, dan
Leonard Bloomfield. Di
Amerika mulai terlihat usaha-usaha melakukan studi kebahasaan secara ilmiah dan
berdiri sendiri. Yang dimaksud dengan cara ilmiah ialah dengan melalui
pendekatan matematik. De Saussure merupakan orang yang mula pertama merintis
kemungkinan tersebut. Usahanya kemudian dilanjutkan oleh Sapir yang lebih
melengkapi usaha de Saussure tersebut dengan penelitian-penelitiannya mengenai
bunyi-bunyi tuturan yang sebenarnya yang sekaligus menghubungkan dengan
maknanya. Leonard Bloomfield sebagai ahli bahasa yang paling berkeinginan keras
menjadikan studi linguistik sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri,
lebih melengkapi usaha pendahulu utamanya dalam hal penggunaan data empirik
dalam penelitian-penelitian bahasa yang dilakukannya.
Aliran
strukturalisme Bloomfield muncul sebagai penolakan atas telaah bahasa yang
bersifat diakronis. Telaah diakronik adalah mempelajari bahasa sepanjang
masa bahasa itu digunakan. Contohnya mempelajari bahasa sejak zaman Sriwijaya
sampai zaman sekarang. Aliran
strukturalisme Bloomfield memilih menggunakan telaah sinkronis. Telaah sinkronik adalah mempelajari
suatu bahasa dalam kurun waktu tertentu. Contohnya mempelajari bahasa yang
digunakan pada zaman Jepang.
B.
Strukturalisme
Leonard Bloomfield
(1887-1949)
Leonard Bloomfield adalah salah
seorang ahli bahasa Amerika yang paling besar sumbangannya dalam
menyebarluaskan prinsip-prinsip dan metode-metode yang biasa disebut
Strukturalisme Amerika. Dalam menyebarkan pengaruhnya, ia agak berbeda dari dua
orang pelopor aliran strukturalisme Amerika yang terdahulu (F. Boas dan Sapir).
Bloomfield sangat berkeinginan mengilmiahkan linguistik. Keinginan tersebut
membawanya masuk ke kelompok empirisme, khususnya psikologi behaviorisme.
Penelitiannya tentang
bahasa-bahasa Indian Amerika sangat terkenal dan memberikan pengaruh yang
besar. Ide-idenya disalurkan melalui tulisan-tulisan dalam sebuah jurnal
mengenai masyarakat Linguistik Amerika yang bernama Language. Melalui
majalah itu pula ia berusaha menjelaskan pendiriannya terhadap berbagai hal
yang berhubungan dengan metode (Samsuri, 1988:66).
Kekhasan teori Bloomfiled adalah
adanya penekanan filosofis dalam status linguistik sebagai ilmu pengetahuan
yang berdiri sendiri. Ada beberapa faktor yang menyebabkan aliran struktural
Bloomfield dapat berkembang pesat. Pertama, pada awal abad XX, para linguis di
Amerika menghadapi masalah yang sama, yaitu banyak sekali bahasa Indian di
Amerika yang belum diperikan. Mereka ingin memerikan bahasa-bahasa Indian itu
dengan cara sinkronik. Cara lama secara historis atau diakronik kurang
bermanfaat dan diragukan keberhasilannya karena para linguis kurang mengetahui
sejarah bahasa-bahasa Indian. Kedua, sikap Bloomfield yang menolak
mentalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada masa itu di
Amerika, yaitu filsafat behaviorisme. Dalam memerikan bahasa aliran
strukturalisme ini selalu mendasarkan diri pada fakta-fakta objektif yang dapat
dicocokkan dengan kenyataan-kenyataan yang dapat diamati. Ketiga, terdapat hubungan yang baik
antarlinguis. Pemikiran-pemikiran mereka ditampung The Linguistics Society
of America, yang menerbitkan majalah Language wadah tempat
melaporkan hasil kerja mereka (Chaer, 1994: 359).
Pada tahun 1933,
terbitlah karya besar Bloomfield yang berjudul Language. Judul buku itu
sama dengan judul buku Sapir yang diterbitkan 12 tahun sebelumnya. Bloomfield
sangat dipengaruhi oleh ilmu jiwa behaviorisme. Ia sangat mengagumi A. P.
Weiss, salah seorang pelopor ilmu jiwa behaviorisme, dan ia pun terpengaruh
olehnya. Akibatnya pengaruh behaviorisme tersebut ia mengubah dasar pikiran yang dituangkan
dalam bukunya yang pertama An Introduction to Linguistic Science (1914)
dan menyesuaikannya dengan pandangan mekanistik penganut behaviorisme. Tulisan-tulisan
Bloomfield yang dimuat di International Encyclopedia of United Science sangat
dipengaruhi behaviorisme. Dalam jurnal tersebut, ia menyatakan syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh metode ilmiah yang dapat dibatas dengan merujuk ke
acuan behaviorisme.
Linguistik
Bloomfield berbeda dari yang lain.
Aliran ini mendasarkan pemikiran-pemikirannya pada psikologi tingkah laku yang
dominan di Amerika sejak 1920. Menurut behaviorisme, tingkah laku manusia bisa
diterangkan dan diperkirakan berdasarkan pada situasi-situasi bebas dari
faktor-faktor internal. Dengan demikian suatu ujaran bisa diinterpretasikan
berdasarkan dengan kondisi-kondisi eksternal yang ada di sekitar kejadiannya.
Aliran struktural Bloomfield menyebut teori ini sebagai mekanisme, berkebalikan
dari mentalisme. Kelompok mentalisme menyatakan bahwa ujaran harus diterangkan
sebagai akibat dari pikiran (maksud, kepercayaan, perasaan). Dari subjek yang
berujar. Hal ini sangat bertentangan dengan pandangan Bloomfield.
Pandangan behaviorisme
atau mekanisme memandang pikiran sebagai perluasan dari tubuh. Kegiatan pikiran
lebih sulit diamati daripada kegiatan fisik. Aliran Bloomfield beranggapan
bahwa perbedaan kegiatan mental dan fisik adalah kompleksitasnya. Semua
kegiatan manusia termasuk bahasa adalah satu rangkaian sebab-akibat. Rangkaian
tersebut bisa dipelajari dari bukti-bukti yang diberikan oleh
percobaan-percobaan fisik, dengan menggunakan konsep stimulus-respon seperti
yang telah dilakukan pada binatang.
Teori makna Bloomfield berdasarkan teori
rangsangan dan tanggapan. Arti dari suatu bentuk bahasa adalah situasi tuturan
pembicara dan tanggapan yang ditimbulkan pada diri si pendengar. Menurut
Bloomfield, kita hanya dapat menentukan arti dari suatu bentuk tuturan secara
cermat apabila arti itu berhubungan dengan sesuatu yang dapat memberikan
manfaat pengetahuan yang bersifat ilmiah. Kita dapat menentukan nama objek di
dunia ini dengan menyesuaikan istilah-istilah bidang objek tersebut. Pemberian
nama tumbuh-tumbuhan atau binatang harus disesuaikan dengan menggunakan
istilah-istilah teknik botani atau kehewanan.
Hal ini akan mengalami kesulitan dalam penamaan objek yang abstrak. Kita
tidak punya cara yang tepat untuk menyatakan rasa cinta, benci, dan marah.
Pandangan Bloomfield
tentang penggunaan bahasa dirumuskan dengan rumus “Rangsangan dan Tanggapan”,
yang digambarkan dengan formula R – t . . . r --- T. Maksudnya: Suatu rangsangan praktis (R)
menyebabkan seorang berbicara alih-alih bereaksi secara praktis: ini merupakan
pengganti bahasa-bahasa (t), bagi pendengar, hal itu merupakan rangsangan
pengganti bahasa (r) yang menyebabkan dia memberi tanggapan praktis (T). R dan
T adalah “peristiwa praktis” yang sekan-akan tinggal di luar bahasa; t dan r
adalah peristiwa-peristiwa bahasa (Samsuri, 1998: 57).
Teori linguistik
Bloomfield ini akan bisa diterangkan lebih jelas dengan melihat anekdot “Jack
and Jill” (Bloomfield, 1933:26). Dalam anekdot itu diceritakan Jack dan Jill
sedang berjalan-jalan. Jill melihat buah apel yang sudah masak di sebatang pohon.
Jill berkata kepada Jack bahwa dia lapar dan ingin sekali makan buah apel itu.
Jack memanjat pohon apel itu; memetik buah apel itu; dan memberikannya kepada
Jill. Skema skematis peristiwa itu dapat digambarkan sebagai berikut.
S r…………………………………s R
1 2 3 4 5
6 7
Penjelasan:
1.
Jill
melihat apel (stimulus).
2.
Otak
Jill bekerja mulai dari melihat apel hingga berkata kepada Jack.
3.
Perilaku
atau kegiatan Jill sewaktu berkata kepada Jack (r=respons).
4.
Bunyi-bunyi
atau suara yang dikeluarkan Jill waktu berbicara kepada Jack (…).
5.
Perilaku
atau kegiatana Jack sewaktu mendengarkan bunyi-bunyi atau suara yang
dikeluarkan Jill (stimulus).
6.
Otak
Jack bekerja mulai dari mendengar bunyi suara Jill sampai bertindak.
7.
Jack
bertindak memanjat pohon, memetik apel, dan memberikan kepada Jill (R=respons).
Nomor 3, 4, dan 5
yaitu (r s) adalah lambang atau perilaku
berbahasa (speech act) yang dapat diobservasi secara filologis; sedangkan yang
dapat diamati atau diperiksa secara fisik hanyalah nomor 4.
Berdasarkan keterangan
di atas, maka yang menjadi data linguistik bagi teori Bloomfield adalah
perilaku berbahasa atau lambang bahasa (r…………s) dan hubungannya dengan makna
(S….R). yang terjadi di dalam otak Jill mulai dari 1 hingga 2 sampai dia
mengeluarkan bunyi tidaklah penting karena keduanya tidak dapat diamati. Begitu
juga dengan proses yang terjadi di dalam otak Jack setelah dia mendengar
bunyi-bunyi itu yang membuat bertindak (5 dan 6) juga tidak penting bagi teori
Bloomfield ini.
Menurut
Bloomfield bahasa merupakan sekumpulan ujaran yang muncul dalam suatu
masyarakat tutur (speech community). Ujaran inilah yang harus dikaji
untuk mengetahui bagian-bagiannya. Menurutnya bahasa adalah sekumpulan data
yang mungkin muncul dalam suatu masyarakat. Data ini merupakan ujaran-ujaran
yang terdiri dari potongan-potongan perilaku (tabiat) yang disusun secara
linier.
Teori
lingusitik Bloomfield didasarkan pada andaian-andaian dan definisi-definisi
karena kita tidak mungkin mendengar semua ujaran di dalam suatu masyarakat
tutur. Jadi, tidak mungkin kita dapat menunjukkan bahwa pola-pola yang kita
temui dalam beberapa bahasa berlaku juga pada bahasa-bahasa lain. Ini harus
diterima sebagai suatu andalan. Kita tidak mungkin menunjukkan bahwa
lambang-lambang ujaran dihubungkan dengan makna karena tidak mungkin mengenal
satu per satu makna itu dalam data.
Konsep Fonem
Kaum struktural Amerika berupaya
keras menemukan sistem yang menyeluruh dan dapat berdiri sendiri. Fenomena
kebahasaan yang tidak dapat dijelaskan secara objektif berarti dinyatakan
secara fisik. Ujaran mendapat perhatian yang istimewa karena bunyi-bunyi ujaran
merupakan fenomena yang paling mudah diamati langsung. Pendekatan struktural
berpendapat bahwa bahasa sebenarnya terdiri atas urutan-urutan morfem yang juga
terdiri atas urutan-urutan fonem, walau dalam level yang berbeda (Alwasilah,
1993: 47).
Dalam buku Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan
Sapir. Sapir berpendapat bahwa fonem sebagai satuan psikologis, tetapi
Bloomfield berpendapat fonem merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan
pengikutnya melakukan penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti,
karena itu mereka disebut kaum strukturalisme dan pandangannya disebut
strukturalis. Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik
selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha
menulis tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara.
Kaum Bloomfieldian telah berjasa meletakkan dasar-dasar bagi penelitian
linguistik di masa setelah itu. Bloomfield berpendapat bahwa fonologi,
morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan tidak berhubungan.
Menurut
Bloomfield bahasa itu sendiri terdiri dari sejumlah isyarat atau tanda berupa
unsur-unsur vokal (bunyi) yang dinamai bentuk-bentuk linguistik. Setiap bentuk
adalah sebuah kesatuan isyarat yang dibentuk oleh fonem-fonem (Bloomfield,
1933: 158).
Misalnya:
Pukul adalah bentuk ujaran
Pemukul adalah bentuk ujaran
Pe- adalah bentuk bukan
ujaran
Pukul terdiri dari empat fonem, /p/,
/u/, /k/, dan /i/. pada kata pukul fonem /u/ digunakan dua kali.
Teori Bloomfield yang
lebih utama tertuju pada usahanya mencoba menguraikan secara eksplisit
metode-metode yang tepat untuk memerikan bentuk bahasa. Ia membedakan bentuk
terikat (bound form) yang tidak pernah digunakan secara berdiri sendiri
dari bentuk bebas (free form). Dalam sebuah konstituen termuat satu
bentuk yang kompleks, yaitu bentuk yang mengandung suatu kemiripan
fonetik-semantik parsial terhadap bentuk linguistik lainnya. Satu bentuk yang
kompleks dinamakan bentuk sederhana atau morfem (Samsuri, 1988:58). Bentuk yang
kompleks tidak dapat langsung dianalisis menjadi konstituen akhir melainkan
hanya dalam konstituen langsung (immediate constituent). Bloomfield
berpendapat bahwa morfem suatu bahasa adalah merupakan leksikon bahasa itu.
Penataan-penataan
bentuk yang mengandung arti dalam suatu bahasa adalah gramatika atau tata
bahasanya. Menurut Bloomfield (Bloomfield, 1933: 159-160), ada empat cara
menata bentuk-bentuk bahasa.
a.
Urutan
(order) adalah rentetan diucapkannya konstituen-konstituen bentuk
kompleks. Arti urutan itu tampak jelas pada bentuk-bentuk yang berlawanan
seperti, Ali memukul Badu X Badu memukul Ali. Lain halnya urutan “Budi Ali
Memukul”, susunan tersebut tidak memiliki makna yang jelas. Urutan juga
terdapat dalam pembentukan kata (morfologi). Misalnya playing, disusun
atas morfem play+ing. Jika susunan tersebut dibalik, tidak memiliki
makna dan bentuk. Ingplay tidak ada dalam bahasa Inggris. Padanan dalam
bahasa Indonesia adalah kata bermain yang terdiri dari ber- dan main.
Pembalikan urutan kata bermain tidak memiliki bentuk dan makna. Mainber tidak
ada dalam bahasa Indonesia.
b.
Modulation adalah penggunaan
fonem sekunder. Fonem-fonem sekunder adalah fonem-fonem yang tidak tampak pada
suatu morfem, tetapi hanya tampak pada penataan-penataan morfem. Morfem seperti
Joko atau lari sebetulnya adalah abstraksi, sebab pada ujaran yang sebenarnya
morfem itu disertai dengan fonem sekunder tertentu yang menyampaikan suatu
makna gramatikal. Kalimat seperti Joko?,
Joko!, Joko. memiliki makna yang berbeda. Joko dengan ? bermakna menanyakan
bahwa yang orang yang ditanyai itu Joko atau bukan. Joko dengan ! bermakna
membentak, mungkin Joko bandel kemudian diingatkan oleh seseorang. Joko dengan
tanda titik bermakna kalimat berita.
c.
(Phonetic
modification)
modifikasi fonetis adalah perubahan pada fonem-fonem primer suatu bentuk,
misalnya do not X don’t. Beberapa padanan dalam bahasa Indonesia adalah
tidak-tak, untuk-tuk, sahaya-saya.
d.
Selection adalah memberikan
satu faktor makna oleh karena bentuk yang berbeda memberikan makna yang berbeda
pula. Misalnya, morfem tertentu yang diucapkan dengan tinggi nada akhir seruan,
merupakan panggilan agar seseorang hadir atau memperhatikan (John! Boy!) atau
Joni! , sedangkan lain-lainnya, yang diucapkan dengan cara yang sama, merupakan
perintah (lari! Lompat!).
Dengan demikian, dalam
bentuk bahasa tercakup kelas-kelas dan bagian-bagian kelas, seperti kata kerja
(verbs), kata benda (substantive), kata sifat (adjektives), dan sebagainya.
Satu hal yang menarik
dan merupakan ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah cara kerja mereka
yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk memerikan suatu
bahasa. Pendekatannya bersifat empirik. Data dikumpulkan secara cermat, setapak
demi setapak. Bentuk-bentuk satuan bahasa (fonologi, morfologi, dan sintaksis)
diklasifikasikan berdasarkan distribusinya. Oleh karena itu, mereka sering juga
disebut kaum distribusionalis. Sebagai contoh penerapan distribusi dalam
klasifikasi bentuk-bentuk bahasa, misalnya dalam menentukan kelas kata. Kata
kerja adalah kata yang dapat diikuti oleh frase “dengan”, kata sifat adalah
kata yang dapat didahului oleh kata “sangat” atau kata “paling”. Dengan dasar
tersebut dapat dikatakan bahwa kata mati adalah kata kerja, sebab dapat menjadi
frase mati dengan tenang. Sedangkan kata lincah adalah kata sifat,
karena dapat menjadi frase sangat lincah atau paling lincah. Padahal menurut
pengertian kata mati tidak menyatakan suatu kegiatan, melaikan menyatakan suatu
keadaan. Sebaliknya kata lincah tidak menunjukkan keadaan, melainkan suatu
kegiatan.
Suatu ciri sederhana
tataan gramatikal merupakan ciri gramatikal atau taxema, sedangkan taxema itu
merupakan suatu bentuk yang terkecil. Taxema itu terjadi dalam susunan
gramatikal yang konvensional yang dinamakan juga (tactic form) bentuk
taktik. Bentuk taktik beserta makna yang dikandungnya itulah yang dinamakan
bentuk gramatikal. Bentuk gramatikal yang terkecil disebut juga tagmene.
Bloomfield
mengelompokkan bentuk gramar atau tata bahasa menjadi tiga kelas, yaitu:
a)
Tipe
kalimat (Sentence type). Kalimat terdiri dari kalimat berita, kalimat
tanya, dan sebagainya.
b)
Konstruksi
(Construction). Konstruksi ini dinamakan Syntax kalau tidak terdapat
bentuk terikat di antara konstituennya, contoh: John ran; Ita Slept.
Bentuk tersebut dinamakan morfologi, apabila konstituennya terdiri dari bentuk
terikat seperti: -- ess dalam duke+ess – duchess; lion+ess – lioness. Bentuk
gramat yang kedua ini menghasilkan konsem morfem yang terdiri atas morfem bebas
dan morfem terikat.
c)
Substitusi
(substitution), apabila bentuk gramar itu merupakan suatu bentuk
penggantian konvensional terhadap salah satu kelas dari bentuk lain, contoh:
kata ganti –nya menggantian dia atau Hasan (Samsuri, 1988: 58).
Aliran strukturalis
yang dikembangkan Bloomfield dengan para pengikutnya sering juga disebut aliran
taksonomi, dan aliran Bloomfieldian atau post-Bloomfieldian, karena bermula
atau bersumber pada gagasan Bloomfield. Disebut aliran taksonomi karena aliran
ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan
hierarkinya. Dalam menganalisis kalimat, misalnya, digunakan teknik Immediate
Contsituents Analysis (IC analysis) untuk melihat unsur-unsur
langsung yang membangun kalimat-kalimat tersebut. Kalimat Adik mengerjakan
tugas fisika disajikan dalam bentuk kotak dengan tata urut sebagai berikut
1
Adik
|
Mengerjakan
tugas fisika
|
||
Mengerjakan
|
tugas
fisika
|
||
Tugas
|
fisika
|
2
Penganalisisan
struktur kalimat lazim menggunakan cara lain, dengan menggunakan garis-garis
yang menghubungkan antarunsur kalimat. Berikut contoh diagram lain.
Adik
mengerjakan tugas fisika
Berdasarkan
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari linguistik
struktural Bloomfield adalah sebagai berikut:
1. Kekhasan teori Bloomfiled adalah
adanya penekanan filosofis dalam status linguistik sebagai sains.
2. Dalam memerikan bahasa aliran
strukturalisme ini selalu mendasarkan diri pada fakta-fakta objektif yang dapat
dicocokkan dengan kenyataan-kenyataan yang dapat diamati.
3.
Bloomfield
sangat dipengaruhi oleh ilmu jiwa behaviorisme.
4. Bloomfield dan pengikutnya melakukan
penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti, karena itu mereka disebut
kaum strukturalisme dan pandangannya disebut strukturalis.
5.
Bloomfield
berpendapat fonologi, morfologi dan sintaksis merupakan bidang mandiri dan
tidak berhubungan.
6.
Teori
makna Bloomfield berdasarkan teori rangsangan dan tanggapan.
7.
Teori
Bloomfield yang lebih utama tertuju pada usahanya mencoba menguraikan secara
eksplisit metode-metode yang tepat untuk memerikan bentuk bahasa. Ia membedakan
bentuk terikat (bound form) yang tidak pernah digunakan secara berdiri
sendiri dari bentuk bebas (free form).
8.
Penataan-penataan
bentuk yang mengandung arti dalam suatu bahasa adalah gramatika atau tata
bahasanya.
9.
Satu
hal yang menarik dan merupakan ciri aliran strukturalis Amerika ini adalah cara
kerja mereka yang sangat menekankan pentingnya data yang objektif untuk
memerikan suatu bahasa. sering juga disebut kaum distribusionalis.
10. Aliran strukturalis
yang dikembangkan Bloomfield dengan para pengikutnya sering juga disebut aliran
taksonomi.
Berdasarkan
ciri-ciri di atas, maka dapat disimpulkan kelebihan dan kelemahan linguistik
struktural Bloomfield dibandingkan aliran-aliran linguistik lainnya, yaitu:
Kelebihan Linguistik Struktural:
1.
Aliran ini sudah memerikan bahasa dengan cara yang baru yaitu secara sinkronis.
2.
Aliran ini sudah mengelompokkan kategori gramatikal, verbal dan pronomina
kata ganti.
3.
Terjadinya
hubungan yang baik antar sesama linguis.
4.
Metode drill and practice
membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaan.
5.
Berpijak pada fakta, tidak
mereka-reka data.
6.
Kriteria kegramatikalan berdasarkan
keumuman sehingga mudah diterima masyarakat awam.
7.
Level kegramatikalan mulai rapi
mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
Kekurangan Linguistik Struktural:
1.
Faktor historis sama sekali tidak
diperhitungkan dalam analisis bahasa.
2.
Kegramatikalan berdasarkan kriteria
keumuman, suatu kaidah yang salah pun bisa benar jika dianggap umum. Dengan
demikian tata bahasa semua bahasa dianggap sama.
3.
Bidang fonologi, morfologi, dan
sintaksis dipisahkan secara tegas dan tidak berhubungan.
4.
Metode drill and practice
sangat memerlukan ketekunan, kesabaran, dang sangat menjemukan.
5.
Objek kajian terbatas sampai level
kalimat, tidak menyentuh aspek komunikatif.
6.
Proses berbahasa merupakan proses
rangsang-tanggap berlangsung secara fisis dan mekanis padahal manusia bukan
mesin.
Kelebihan dan Kekurangan
Linguistik Struktural dibandingkan Aliran Sebelum dan Sesudahnya
Aliran
Tradisional
|
Aliran
Struktural
|
Aliran
Transformasi
|
Bertolak dari Pola Pikir
secara Filosofis
|
Berlandaskan pada Paham
Behaviouristik
|
Berdasarkan Paham Mentalistik
|
Tidak Membedakan Bahasa dan
Tulisan
|
Bahasa Berupa Ujaran
|
Bahasa Merupakan Innate
|
Senang Bermain dengan
Definisi
|
Bahasa berupa Sistem Tanda
|
Bahasa Terdiri atas Lapis
Dalam dan Lapis Permukaan
|
Pemakaian Bahasa Berkiblat
pada Pola/Kaidah.
|
Bahasa merupakan Faktor
Kebiasaan
|
Bahasa Terdiri atas Unsur
Competent dan Performance
|
Level-level Gramatik Belum
Ditata Secara Rapi.
|
Kegramatikalan berdasarkan
keumuman
|
Analisis Bahasa Bertolak dari
Kalimat
|
Tata Bahasa Didominasi oleh
Jenis Kata (Part of Speech)
|
Level-level Gramatika
ditegakkan secara rapi
|
Bahasa Bersifat Kreatif
|
Tekanan Analisis pada Bidang
Morfologi
|
Membedakan Kalimat Inti dan
Kalimat Transformasi
|
C.
Penerapan
Analisis Kalimat Aliran Strukturalisme Bloomfield
Pada aliran
strukturalisme Bloomfield ada dua cara menganalisis kalimat yaitu dengan tata bentuk
bahasa dan tata gramatikal bahasa. Penerapan analisis yang pertama adalah
analisis berdasarkan tataan bentuk-bentuk bahasa.
I
1. Andris sering kali
melupakan salat lima waktu.
Andris sering kali
melupakan salat lima waktu.
S P O
Jika urutan kalimat di atas dibalik
atau dipasifkan, urutan kalimat menjadi Salat lima waktu sering kali
dilupakan oleh Andris.
2. Ruang kelas ini
sangat dingin.
Ruang
kelas ini
sangat dingin.
S P
Kalimat nomor dua berpola SP. Jika
kalimat tersebut dibalik menjadi PS, akan berbentuk Sangat dingin ruang
kelas ini.
3. Mereka bilang Beti
sangat cantik.
Mereka bilang Beti
sangat cantik.
S P K
Kalimat nomor tiga berpola SPK.
Urutan kalimat tersebut bisa diubah menjadi KSP, yaitu Beti sangat cantik,
mereka bilang.
4. Bapak tilem kula
siram.
Bapak tilem, kula siram.
S P S P
Kalimat nomor empat adalah kalimat
majemuk setara. Kalimat tersebut berpola SP SP. Bila ututannya dibalik menjadi Kula
siram Bapak tilem.
5. Ari sedang minum
kopi di kantin.
Ari sedang minum kopi
di kantin.
S
P Pel K
Kalimat nomor lima
berpola S P Pel K. Jika urutannya diubah menjadi Di kantin Ari sedang minum
kopi.
Kelima kalimat yang
dianalisis adalah kalimat berita. Kalimat-kalimat tersebut termasuk kalimat
lengkap karena berpola SP. Semua disebut kalimat karena mengandung gagasan yang
utuh dan berakhir dengan tanda baca.
II
Analisis
kalimat menurut aliran Bloomfield yang kedua adalah analisis kalimat
berdasarkan konstituen kalimat. Setiap kalimat memiliki konstituen yang
membentuk konstruksi kalimat. Kelompok kata (frase) merupakan susunan kata-kata
yang berfungsi dalam struktur kalimat dapat disebut konstituen (Burton-Roberts
dalam Putrayasa, 2007: 20). Dengan demikian, satuan-satuan yang membentuk suatu
konstruksi disebut konstituen konstruksi tersebut.
1
Andris
sering kali melupakan salat lima waktu
|
||||||
Andris
|
sering
kali melupakan
|
salat
lima waktu
|
||||
Sering
|
Kali
|
melupakan
|
Salat
|
lima
|
waktu
|
|
Kalimat
nomor satu terdiri dari delapan morfem. Morfem-morfem tersebut terdiri dari
tujuh morfem bebas dan satu morfem terikat. Morfem-morfem bebas kalimat nomor
satu adalah Andris, sering, kali, lupa,
salat, lima, waktu. Morfem terikat adalah me-kan yang melekat pada kata lupa.
2
Ruang
kelas ini sangat dingin
|
||||
Ruang
kelas ini
|
sangat
dingin
|
|||
Ruang
|
Kelas
|
Ini
|
sangat
|
dingin
|
Kalimat
nomor dua terdiri dari lima morfem. Semuanya adalah morfem bebas, yaitu ruang, kelas, ini, sangat, dingin.
3
Mereka
bilang Beti sangat cantik
|
||||
Mereka
bilang
|
Beti
sangat cantik
|
|||
Mereka
|
Bilang
|
Beti
|
sangat
|
cantik
|
Kalimat nomor tiga terdiri dari lima
morfem bebas. Morfem-morfem bebas tersebut adalah mereka, bilang, Beti, sangat, cantik.
4
Bapak
tilem, kula siram
|
|||
Bapak
tilem
|
kula
siram
|
||
Bapak
|
Tilem
|
kula
|
Siram
|
Kalimat nomor empat adalah kalimat
majemuk setara. Kalimat tersebut terdiri dari empat morfem bebas. Merfem-morfem
bebas kalimat nomor empat adalah bapak,
tilem, kula, siram.
5
Ari
sedang minum kopi di kantin
|
|||||
Ari
|
sedang
minum kopi
|
di
kantin
|
|||
sedang
|
Minum
|
Kopi
|
di
|
Kantin
|
|
Kalimat nomor lima
adalah kalimat berita yang terdiri dari enam morfem bebas. Morfem-morfem
tersebut adalah Ari, sedang, minum, kopi,
di-,
kantin.
III
Analisis
kalimat yang kedua adalah analisis berdasarkan kategori sintaksis. Dalam ilmu
bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilakunya. Kata yang
mempunyai bentuk serta perilaku yang sama atau mirip dimasukkan ke dalam satu
kelompok. Di sisi lain, kata kata yang bentuk dan perilakunya sama atau mirip
dengan sesamanya, tetapi berbeda dengan kelompok pertama dimasukkan ke dalam
kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kelas
kata (Alwi, et. al, 2003: 35-36). Dengan demikian, analisis kalimat berdasarkan
kategori merupakan penentuan kelas kata yang menjadi unsur-unsur kalimat
tersebut. Bahasa Indonesia memiliki lima kategori sintaksis utama: (1) frasa
verba, (2) frasa nomina, (3) frasa adjektiva, (4) frasa adverbia, dan (5) frasa
preposisional (Alwi, et. al, 2003: 36). Ada satu frasa yang menyatakan
kuantitas yaitu frasa numeral.
1.
Andris sering kali
melupakan shalat lima waktu.
FN FV FNum
2.
Ruang
kelas ini
sangat dingin.
FN FAdj
3.
Mereka bilang Beti
sangat cantik.
FN FV Fadv
Beti sangat cantik
FN FAdj
4.
Bapak tilem, kula siram.
FN
FV FN FV
5.
Ari sedang minum kopi
di kantin
FN FV
FN Fadv
D. Simpulan
Berdasarkan
pembahasan dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa aliran linguistik
struktural Bloomfield telah
berhasil memantapkan suatu sikap ilmiah terhadap ilmu bahasa seperti yang
dicita-citakannya sejak awal mula Bloomfield dan kawan-kawannya berkecimpung
dalam bidang ilmu yang ditekuninya, yaitu menolak telaah diakronik, dan memilih menggunakan
telaah sinkronik. Keasyikan
dengan fakta-fakta di dalam setiap penelitian yang dilakukan Bloomfield dan
kawan-kawannya telah menjadikan mereka ilmuan sejati sejajar dengan
ilmuan-ilmuan besar pada bidang di luar ilmu bahasa. Pada perkembangan linguistik
sesudahnya, telah berkembang pula pemerian-pemerian bahasa dengan lebih pesat. Pada
makalah ini hasil analisis aliran strukturalisme Bloomfield menggunakan dua
cara menganalisis kalimat yaitu dengan tata bentuk bahasa dan tata gramatikal
bahasa (berdasarkan urutan dan sintaksis). Ditemukan
pula kelebihan dan kelemahan dalam linguistik struktural Bloomfield
dibandingkan dengan aliran linguistik lainnya, yaitu:
Keunggulan Aliran Struktural
1.
Aliran ini sudah memerikan bahasa dengan cara yang baru yaitu secara sinkronis.
2.
Aliran ini sudah mengelompokkan kategori gramatikal, verbal dan pronomina
kata ganti.
3.
Terjadinya
hubungan yang baik antar sesama linguis.
4.
Metode drill and practice
membentuk keterampilan berbahasa berdasarkan kebiasaan.
5.
Berpijak pada fakta, tidak mereka-reka
data.
6.
Kriteria kegramatikalan berdasarkan
keumuman sehingga mudah diterima masyarakat awam.
7.
Level kegramatikalan mulai rapi
mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat.
Kelemahan Aliran Struktural
1.
Faktor historis sama sekali tidak
diperhitungkan dalam analisis bahasa.
2.
Kegramatikalan berdasarkan kriteria
keumuman, suatu kaidah yang salah pun bisa benar jika dianggap umum.
3.
Bidang fonologi, morfologi, dan
sintaksis dipisahkan secara tegas dan tidak berhubungan.
4.
Metode drill and practice
sangat memerlukan ketekunan, kesabaran, dang sangat menjemukan.
5.
Objek kajian terbatas sampai level
kalimat, tidak menyentuh aspek komunikatif.
6.
Proses berbahasa merupakan proses
rangsang-tanggap berlangsung secara fisis dan mekanis padahal manusia bukan
mesin.
Saran
Dengan adanya pengajian tentang linguistik
struktural Bloomfield ini,
diharapkan dosen dan mahasiswa dapat memahami sejarah aliran dan
mengetahui pula kelebihan dan kelemahan aliran ini dibandingkan dengan aliran
yang lain. Setelah dilakukan
pendeskripsian ini, disarankan:
1.
Makalah ini dapat
digunakan sebagai bahan acuan dalam menganalisis aliran linguistik, khususnya aliran linguistik
struktural Bloomfield.
2.
Makalah ini dapat
menjadi salah satu referensi serta memperdalam
pengetahuan dalam membahas aliran linguistik khususnya aliran linguistik struktural
Bloomfield.
Daftar Rujukan
Alwasilah,
A. Chaedar. 1993. Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik.
Bandung: Angkasa Bandung.
Alwi, Hasan, et. al. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Bloomfield,
Leonard. 1995. Language Bahasa. Terjemahan Sutikno. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Chaer, Abdul. 1994. Linguistik
Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Putrayasa,
Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung: PT
Refika Aditama.
Samsuri.
1988. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta: Depdikbud Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.